UNAIR NEWS – Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Universitas Airlangga kembali memperkuat langkah internasionalisasinya melalui program Fade-In Goes to Thailand 2025. Sebuah kegiatan kolaboratif lintas negara yang berlangsung pada 29 Juli hingga 5 Agustus 2025 di dua universitas ternama Thailand. Yakni, King Mongkut’s Institute of Technology Ladkrabang (KMITL) dan Rajamangala University of Technology Thanyaburi (RMUTT).
Program itu melibatkan mahasiswa dari FTMM UNAIR, Universiti Teknologi Malaysia (UTM), KMITL, dan RMUTT, dalam forum pertukaran budaya, diskusi SDGs, dan kolaborasi inovasi antarnegara.
Wujudkan Internasionalisasi Melalui Kolaborasi Global
Fade-In Goes to Thailand dirancang sebagai sarana penguatan jejaring internasional sekaligus membuka perspektif mahasiswa terhadap isu global, khususnya terkait Sustainable Development Goals (SDGs). Program ini memungkinkan mahasiswa menjelajahi budaya, sistem pendidikan, dan tantangan teknologi di negara mitra.
“Program ini sejalan dengan visi internasionalisasi FTMM sebagai fakultas muda yang progresif. Kami ingin mahasiswa tak hanya adaptif secara teknologi, tapi juga sensitif terhadap konteks global,” ujar Aleind Aloysius Gonzaga selaku ketua pelaksana program.
Thailand Sebagai Mitra Strategis Inovasi Teknologi
Pemilihan KMITL dan RMUTT sebagai mitra bukan tanpa alasan. KMITL dikenal unggul dalam bidang kecerdasan buatan, teknik, dan energi terbarukan. Sementara RMUTT menonjol dalam teknologi terapan dan pengembangan industri 4.0, dua fokus utama yang juga dikembangkan FTMM UNAIR.
“Melalui kerja sama ini, kami membuka pintu untuk pertukaran mahasiswa, riset bersama, dan bahkan kemungkinan program dual degree di masa depan,” tambah Aleind.
Menuju Kolaborasi Berkelanjutan ASEAN
Program ini tak berhenti pada satu kali kunjungan. Baik KMITL maupun RMUTT menyatakan komitmennya untuk membuka ruang kolaborasi jangka panjang dengan FTMM, mencakup pertukaran akademik, riset inovatif, dan pengembangan program bersama.
“Bagi kami, ini bukan sekadar kunjungan, tetapi proses membangun diplomasi akademik. Kami berharap mahasiswa terus menjadi agen kolaborasi ASEAN dalam membentuk masa depan yang inklusif dan berkelanjutan,” papar Aleind.
Aktivitas Interaktif dan Pertunjukan Budaya Antarbangsa
Selama program berlangsung, peserta mengikuti serangkaian kegiatan interaktif seperti games multibahasa (Thailand, Indonesia, Malaysia), diskusi kelompok, workshop SDGs, serta pertunjukan budaya dari masing-masing negara. Suasana kolaboratif dan apresiasi terhadap keberagaman menjadi sorotan utama yang mempererat hubungan antar peserta.
“Salah satu momen paling berkesan adalah ketika kami tampil membawakan pertunjukan budaya Indonesia. Dari situ kami belajar bahwa budaya adalah jembatan kuat untuk membangun pemahaman lintas bangsa,” kenang Gilardo Diaz Saragih salah satu delegasi FTMM.
Penulis: Nafiesa Zahra
Editor: Khefti Al Mawalia