UNAIR NEWS – Mahasiswa Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga (HI UNAIR) tak henti menapaki berbagai belahan dunia. Salah satunya adalah I Ketut Gede Laksamana Gunarsa, atau kerap disapa Laks, yang kini sedang melakukan kegiatan magang di Kazakhstan. Secara spesifik, Laks melakukan magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kazakhstan merangkap Tajikistan.
Dalam wawancara tim redaksi UNAIR NEWS bersama Laks secara daring, dijelaskan bahwa magang yang dilakukan Laks berdurasi sekitar tiga bulan terhitung dari 12 Juli hingga bulan Oktober mendatang. Selain ingin mengunjungi Kazakhstan, Laks juga melakukan magang dalam rangka penyetaraan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Di samping itu, kegiatan magang ini sangat menunjang proses skripsi Laks nantinya.
“Skripsiku ini meneliti tentang konflik air yang terjadi antara Tajikistan-Uzbekistan-Kyrgyzstan. Rekan kerjaku yang orang lokal Tajikistan tapi bekerja di KBRI ini sering terlibat langsung dalam masalah konflik air. Jadi beliau banyak jelasin soal bagaimana konflik air ini, kenapa sampai saat ini masih ada gesekan geopolitik,” jelas Laks.
Tupoksi magang yang dilakukan Laks beragam. Kini Laks sedang bertugas dalam fungsi ekonomi. Sehari-hari, pekerjaan mahasiswa HI tersebut adalah mencari berita-berita tentang ekonomi dari Kazakhstan dan Tajikistan. Misalnya mengenai isu mata uang, investasi negara, perkembangan ekonomi, ataupun hal-hal lainya yang berhubungan dengan ekonomi kedua negara.
Selain itu, pegiat musik itu juga membuat suatu market intelligence yang berarti memetakan pasar ekonomi. Hal ini bermanfaat bagi pengusaha-pengusaha di Indonesia yang ingin membuka bisnis baru di Kazakhstan. Laks juga terlibat aktif dalam pertemuan antar pengusaha dari Kazakhstan dan Indonesia sehingga ia belajar mengenai metode negosiasi kesepakatan.
Adaptasi Lingkungan Baru
Laks berpose dengan lanskap Kazakhstan sebagai latar belakang. (Foto: I Ketut Gede Laksamana Gunarsa)
Laks mengaku tidak terlalu kesulitan dalam beradaptasi secara waktu dan budaya di Kazakhstan. Mengingat, Kazakhstan tidak terlalu berbeda dengan negara Asia lainnya. Namun kesulitan yang ia temukan adalah dari segi bahasa atau language barrier. Menurut Laks, masyarakat Kazakhstan tidak banyak yang mengerti bahasa Inggris dan lebih banyak menggunakan bahasa Rusia. Selain itu, suhu panas dan dingin yang terlampau ekstrem dapat cukup mengganggu.
Di sisi lain, aspek dari Kazakhstan yang paling berkesan bagi Laks adalah makanan. Makanan utama Kazakhstan hampir selalu dilengkapi dengan daging-dagingan, mulai dari sapi, domba, bahkan kuda. Lanskap Kazakhstan yang bervariasi dari hutan, stepa, hingga arsitektur gedung perkotaan yang unik membuat Laks gemar mengeksplorasi lingkungan Kazakhstan. Belum lagi, masyarakat Kazakhstan sangat ramah.
Menurut Laks, mahasiswa yang berminat untuk magang di KBRI hendaknya aktif dalam mencari informasi.
“Misalnya, nih, aku mau magang di KBRI Kazakhstan, jadi aku mengontak KBRI Kazakhstan dan kebetulan pihak KBRI membalas untuk langsung melakukan interview. Setelah itu kita perlu menyiapkan berkas untuk ke luar negeri seperti biasa. Jadi yang perlu diperhatikan kalo mau magang di KBRI adalah nekat buat kontak KBRI-nya,” ujar Laks.
Sebagai informasi, kegiatan magang mahasiswa ini mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek). Republik Indonesia. Program ini memberikan kesempaatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh