UNAIR NEWS – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Belajar Bersama Komunitas (BBK) Periode 2 Universitas Airlangga (UNAIR) membuat rumah tanaman herbal. Mereka menanam toga pada (31/7/2023). Tepatnya di Desa Mungli, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan.
Di desa tersebut, belum ada tanaman toga. Selain itu pengetahuan masyarakat akan tanaman toga itu sendiri juga masih belum maksimal.
Tidak hanya menanam toga, mahasisa memberikan sosialisasi terkait macam-macam, manfaat, dan cara menanam serta mengolah tanaman tersebut untuk bisa dijadikan obat.
“Kami juga melakukan demonstrasi mengenai cara perawatan, cara untuk memanennya sama pembuatan pupuk dengan menggunakan sekam yang dibakar dengan batok kelapa dan dicampur dengan tanah,” kata Daffa Ulhaq Raksadi, salah seorang tim KKN.
“Karena, mayoritas masyarakat di sini adalah petani dan pastinya banyak sekam padi. Makanya, kita berinisiatif untuk pembuatan pupuk ini yang tidak menggunakan dana,” imbuhnya.
Daffa Ulhaq Raksadi mengatakan bahwa program kerja ini tidak hanya menjadi wadah pengenalan tanaman obat, namun juga memberikan edukasi kesehatan bagi masyarakat. Sehingga mereka dapat mengerti manfaat obat-obat herbal bagi tubuh.
“Seperti yang kita ketahui tanaman toga adalah tanaman obat keluarga yang dapat membantu masyarakat disana untuk sadar terkait pentingnya tanaman toga bagi kesehatan. Tanaman toga atau obat tradisional ini juga bisa mengajarkan mereka untuk tidak bergantung pada obat-obat kimia dan beralih ke obat herbal,” katanya.
Jenis Tanaman TOGA berdasarkan Manfaatnya
Kelompok itu memberikan beberapa tanaman obat di Perkebunan Desa Mungli. Di antaranya binahong, teh jati cina, kencur, lengkuas, jahe merah, keji beling, mahkota dewa, miana, dan jeruk nipis. Kelompok tersebut mengkreasikan tanaman obat berdasar manfaatnya dari berbagai penyakit. Di antaranya, untuk mengurangi hipertensi, diabetes, jantung, hingga bisa digunakan sebagai program diet.
Namun, meski terhalang dengan tanah yang kurang subur, kelompok itu tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi Desa tempat mereka mengabdi. Dengan kerja sama yang erat, kelompok tersebut mencari akal agar tanaman toga tetap bisa ditanam di perkebunan tersebut.
“Tanah di tempat yang dijadikan kebun percontohan tanahnya kurang bagus untuk ditanami toga. Sehingga kita harus membeli tanah dan membuat pupuk sendiri dari sekam dengan campuran tanah sebesar 80 persen dan sekam atau pupuk sebesar 20 persen,” ucap mahasiswa FTMM tersebut.
Harapannya kebun percontohan ini bisa membuat masyarakat sadar akan pentingnya tanaman obat keluarga. Sehingga mereka juga dapat memanfaatkan tanaman obat tersebut dengan sebaik mungkin sesuai dengan yang sudah mereka sosialisasikan.
Penulis: Monika Astria Br Gultom
Editor: Feri Fenoria