Universitas Airlangga Official Website

Kolaborasi Bersama Mahasiswa KKN, Pakar UNAIR Kupas Tuntas Buku KIA untuk Cegah Stunting di Desa Nampu, Madiun 

Foto Bersama Pemateri, stakeholder dan Kelompok KKN Nampu 2 (Sumber: KKN Nampu 2)

UNAIR NEWS – Kelompok KKN BBK Periode 67 Nampu 2 melaksanakan Sosialisasi Skrining Deteksi Dini dan Pencegahan Stunting dengan Buku KIA (Buku Kesehatan Ibu dan Anak) pada Selasa (24/1/2023). Sasaran sosialisasi tersebut adalah kader posyandu dan tenaga kesehatan di Desa Nampu. Tepatnya di Kantor Kepala Desa Nampu, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun. 

Kelompok KKN BBK Nampu 2 beranggota Micho Mouzaqi (S1-Antropologi); Annida Amaliah AR (S1-Kedokteran Hewan); Alinea Onasis (S1-Ilmu Hubungan Internasional); Selena Intani (S1-Akuakultur); Puspita Maharani (S1-Teknik Industri); Lalu Nabila Yona Pangestika (S1-Ekonomi Islam); Raey Brian Andi Ramanda (S1-Ekonomi Pembangunan); Rizki firmansyah (S1-Akuakultur); Syah Reza Budi Azhari (D4-Teknologi Radiologi Pencitraan; dan Nabilatul Alima Putri (S1-Ilmu Hukum).  

Jadi Ajang Tukar Pikiran

Ketua KKN BBK Nampu 2, Alinea Onasis menyatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam skrining deteksi dini dan pencegahan dengan buku KIA. Kegiatan tersebut juga menjadi salah satu ajang tukar pendapat dalam pengentasan kasus stunting yang masih tinggi di sana. 

“Dengan adanya kegiatan ini bisa menjadi peristiwa untuk bertukar pendapat mengenai permasalahan di Desa Nampu. Yang merupakan desa dengan kasus stunting tertinggi di Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun,” ungkapnya.  

Menurut kepala bidang pelayanan gizi, problem di Nampu adalah persepsi Kader dan kepala desa tentang definisi stunting. Di mana anak yang tampaknya sehat dan gemuk kenapa di label stunting sedang kelihatan kurus kenapa tidak. 

Kegiatan sosialisasi tersebut menghadirkan Dokter Konsultan Neonatologi FK UNAIR Mahendra Tri Arif Sampurna dr Sp(A) PhD dalam skrining deteksi dini dan pencegahan stunting dengan Buku KIA tersebut. Dr Mahendra mengungkapkan bahwa data yang tertulis dalam buku KIA dapat diolah untuk menilai pertumbuhan balita dalam buku KIA. Jadi, dapat mengategorikan anak masuk ke dalam sehat atau stunting

“Di antaranya adalah plot poin pertumbuhan, interpretasi plot yang telah diperoleh interpretasi grafik kurva pertumbuhan anak,” katanya. 

Foto Bersama Pemateri, stakeholder dan Kelompok KKN Nampu 2 (Sumber: KKN Nampu 2)
Perhatikan Plot Poin Indikator Pertumbuhan

Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) UNAIR Surabaya menjelaskan terdapat beberapa poin indikator pertumbuhan yang jadi patokan pertumbuhan pada buku KIA. Yaitu, Panjang Badan/Tinggi Badan terhadap Umur (PB/U) atau (TB/U),  Berat Badan terhadap Umur (BB/U), Berat Badan terhadap Panjang/Tinggi Badan (BB/P) atau (BB/TB). 

“Perhatikan plot poin indikator pertumbuhan seperti panjang tinggi, berat terhadap umur,” ungkapnya. 

Interpretasi Poin yang Telah di Plot

Dr Mahendra menyebut bahwa anak tergolong stunting apabila masuk dalam kategori mengalami kekurangan gizi yang kronis. Jadi, dari kondisi berat badan terhadap umur yang tidak naik sebagaimana mestinya dapat menjadi acuan masuk penilaian gizi kurang dan buruk. 

Hal tersebut dalam jangka lama akan berdampak pada tinggi badan yang tidak naik. Dan, akhirnya itu jatuh dalam kategori pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted) yaitu dengan poin dibawah -3SD. 

“Interpretasi kriteria Kemenkes BB/U -3SD sampai dengan <-2SD adalah gizi kurang; BB/U < -3SD adalah gizi buruk,” katanya. 

Jika dilihat secara mendetail, mereka memiliki BB/U yang cenderung tidak naik sebagaimana mestinya sejak lama. Meskipun secara umum tampak normal anak-anak tersebut mengalami kekurangan gizi kronis.  

Lain hanya dengan anak yang kurus (BB/U) <-2 SD, namun TB/U atau PB/U masih normal. Anak tersebut masih mengalami kurang gizi yang belum berdampak di tinggi atau Panjang badannya. Sehingga sebagai petugas kesehatan saat ini harus mengoptimalkan penggunaan buku KIA dengan mengevaluasi adanya weight faltering atau kenaikan BB yang tidak sesuai dengan umurnya untuk mencegah stunting

Interpretasi Kecenderungan Grafik Kurva Pertumbuhan 

Terakhir, Dr Mahendra menuturkan penafsiran perubahan data grafik kurva pertumbuhan memotong garis z-score. Peningkatan atau penurunan tajam garis pertumbuhan dapat menjadi patokan. Penurunan menunjukkan adanya risiko terjadinya stunting pada anak. 

“Garis pertumbuhan datar (stagnasi) juga menjadi indikator dalam stagnasi pertumbuhan yang terjadi dan menjadi peringatan untuk meningkatkan asupan gizi anak,” ujarnya. 

Dengan analisis buku KIA, maka penentuan stunting anak tak hanya mengacu pada visualisasi fisik. Sehingga buku KIA dapat menjadi data sakti dalam pencegahan terjadinya stunting anak 

Penulis: azhar burhanuddin 

Editor: Feri Fenoria