Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa Sastra Inggris UNAIR Belajar di Kampus Top Britania Raya

Aprilia Cahyaningrum, mahasiswa FIB UNAIR Ikuti IISMA di Queen Mary University of London, Inggris. (Foto: Istimewa)
Aprilia Cahyaningrum, mahasiswa FIB UNAIR Ikuti IISMA di Queen Mary University of London, Inggris. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Indonesian International Student Mobility Awards (ISMA) merupakan salah satu program pemerintah yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar selama satu semester di kampus luar negeri. Menjadi peserta IISMA menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Demikian dengan Aprilia Cahyaningrum, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (UNAIR).  

Melalui IISMA, Lia berkesempatan mengikuti study outbound di Queen Mary University of London, Inggris. Mahasiswa FIB UNAIR itu telah memulai perkuliahan sejak September 2023 hingga Januari 2024.

Dilansir dari wawancara dengan UNAIR News, Lia mengungkapkan bahwa keputusannya melabuhkan pilihan pada negara Britania Raya karena sejalan dengan program studi yang ditempuhnya saat ini. “Karena saya berasal dari jurusan bahasa dan sastra Inggris, jadi saya belajar banyak mengenai budaya Inggris. Saya berpikir bahwa menempuh pendidikan di Inggris akan membantu saya untuk lebih mengerti hal – hal yang sudah dipelajari selama 3 tahun di unair,” ungkap Lia.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa ia juga telah melakukan riset terhadap Queen mary University of London. Menurutnya, kampus tersebut memiliki lingkungan yang sangat diverse.

“Banyak orang dari berbagai macam background bersekolah disini dan itu sangat sesuai dengan interest saya mengenai social diversity, jadi aku juga berharap pengalaman aku disini akan membantuku menyusun skripsi dan penelitian dengan tema yang sama nanti,” tutur mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UNAIR itu.

Lia menuturkan bahwa mata kuliah di host university-nya mayoritas memiliki dua pertemuan dalam seminggu. Yaitu, pertemuan lecture atau penjelasan materi dari dosen yang diikuti oleh puluhan hingga ratusan mahasiswa. Selain itu, juga terdapat kelas seminar yang diisi oleh 15 mahasiswa untuk berdiskusi mengenai topik dan bacaan wajib pada pekan tersebut.

“Dosen tidak akan berbicara banyak pada kelas seminar. Bisa dibilang, mahasiswa hampir memiliki tanggung jawab penuh atas jalannya kelas seminar. Oleh karena itu, wajib untuk membaca dan memahami bacaan serta topik yang akan dibahas. Lecture dan seminar masing masing memiliki durasi satu jam,” ungkap Lia.

Dapat dikatakan selama satu semester terdapat 12 minggu, lanjutnya, yang mana pada minggu ke-tujuh atau pertengahan semester akan ada reading week tanpa pertemuan tatap muka. Namun biasanya pada minggu ini, akan ada pengumpulan tugas dan tidak ada ujian sit-in.

Melalui program ini, Lia mengaku bahwa ia dapat belajar untuk bisa hidup jauh lebih mandiri, berani, cekatan, dan percaya diri. “Budaya Inggris dan Indonesia sangat jauh berbeda baik di dalam kelas maupun dalam lingkup sosial secara general. Saya belajar untuk beradaptasi dan nantinya saya berharap untuk dapat membawa budaya dan kebiasaan baik saya saat ada disini kembali ke indonesia,” pungkasnya saat wawancara.

Lia berharap pengalaman yang diperoleh dari program ini dapat membantunya untuk selangkah lebih dekat dengan karir impiannya sebagai seorang diplomasi. “Saya bermimpi untuk bisa berkarir di dunia diplomasi. Tentu saja pengalaman ini akan sangat membantu saya berkat pengalaman studi, penelitian, serta networking yang saya dapatkan,” sebutnya.

Setelah mengikuti program ini, Lia berharap dapat menginspirasi mahasiswa lain dalam memanfaatkan fasilitas dari kampus merdeka semaksimal mungkin untuk mendapat pengalaman yang sangat berharga baik di bidang akademik maupun non akademik.

Penulis: Aidatul Fitriyah

Editor: Khefti Al Mawalia