Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa Sejarah Raih Juara 3 dalam Anthropology Awards

Foto Arlina Dwi Oktafiah. (Foto: Istimewa)
Foto Arlina Dwi Oktafiah. (Foto: Istimewa)

UNAIR  NEWS – Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (UNAIR), Arlina Dwi Oktafiah sabet juara 3 dalam ajang Anthropology Student Awards 2023 kategori esai gelaran Universitas Brawijaya pada  Senin (10/07/2023). 

Berangkat dari Keresahan

Esai dengan judul “Makna Kebaya Masa Kini: Bentuk Keragaman Budaya hingga Belenggu Feminitas Perempuan” tercetus saat ia resah mendapati sebuah komentar di Tiktok. Komentar tersebut merujuk pada sebuah video yang menampilkan seorang gadis Bali yang memiliki bentuk tubuh bagus saat memakai kebaya Bali.

Namun, salah satu komentar di video tersebut malah membeda-bedakan antara perempuan Bali dan Jawa ketika mengenakan kebaya yang mana si pengomentar merasa wanita Bali lebih cocok mengenakan kebaya daripada wanita Jawa . 

“Dari komentar itu aku sedikit geram, kenapa kebaya sebagai salah satu keragaman budaya malah menjadi alat ukur. Sedangkan pada masa Ir. Soekarno, beliau yang pertama kali mencetuskan kebaya sebagai keragaman budaya. Tujuannya agar tidak diambil alih oleh orang-orang Barat. Tetapi sekarang malah menjadi alat untuk membanding-bandingkan perempuan Indonesia”, ucapnya.

Ulas penggunaan Kebaya dari Masa ke Masa

Kebaya Jawa sendiri sudah lama ada jauh sebelum kebaya Bali muncul. Bahkan perempuan-perempuan Nusantara sudah lebih dahulu menggunakannya daripada kebaya Bali. Kebaya Bali sendiri muncul ketika kebaya Jawa sudah mulai populer pada masa orde baru.

 Arlina juga menuliskan sejarah panjang eksistensi kebaya mulai dari masa kolonial hingga reformasi. Menurutnya, selain hanya sebagai sebuah pakaian tradisional, kebaya memiliki fungsi dan peran masing-masing pada setiap zaman. 

“Pada masa kolonial Belanda kebaya berfungsi sebagai pembeda status. Misalnya, untuk perempuan Eropa dan pribumi jenis kebaya dibedakan dari segi motif. Lalu untuk perempuan pribumi priyayi (golongan atas) dengan pribumi biasa juga memiliki perbedaan dari segi bawahan kain”

Di era Soekarno, kebaya berfungsi sebagai pakaian nasional dan wujud dari keragaman budaya Indonesia.  Kebaya sebagai pakaian identitas nasional Indonesia berlanjut hingga masa orde baru. Di masa ini kebaya menjadi sebuah pakaian resmi kenegaraan. Kebaya akan terpakai pada setiap acara resmi kenegaraan, misalnya upacara HUT RI serta acara besar lain.

“Nah kita melihat ketika ada acara besar atau acara resmi, kenapa perempuan selalu memakai kebaya, sedangkan laki-laki itu memakai jas. Kenapa gak sama seperti kita para perempuan memakai pakaian tradisional?

Soroti Penggunaan Kebaya Masa Kini

Menurut Arlina, sosok Ibu Tien (istri Presiden Soeharto) memiliki peranan yang penting terhadap penggunaan kebaya oleh wanita Indonesia. Ia menjadi pakem penggunaan kebaya di acara-acara resmi negara. Hingga saat ini kebaya masih menjadi identitas untuk perempuan Indonesia yang anggun, ideal, cantik dan lain sebagainya. 

“Yang sangat disayangkan adalah saat ini kebaya malah dijadikan belenggu feminitas. Masalahnya adalah mereka membandingkan siapa yang paling cantik, paling pantas saat menggunakan kebaya berdasarkan etnis (Bali dan Jawa). Padahal kebaya sebagai pakaian nasional pada masa Soekarno digunakan untuk menunjukkan keanggunan wanita Indonesia, bukan alat pembanding”, pungkasnya.

Penulis: Ini Tanjung Tani

Editor: Khefti Al Mawalia