UNAIR NEWS – Pendengaran merupakan salah satu panca indera yang berperan penting bagi manusia, khususnya dalam berkomunikasi. Bila organ pendengaran mengalami masalah, maka seorang manusia akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah jika Membran Timpani yang bekerja untuk menyalurkan getaran suara mengalami ruptur (robek),maka suara tidak akan didengar dengan maksimal.
Data World Health Organization (WHO) mengenai angka gangguan pendengaran dan ketulian menunjukkan, pada tahun 2000 terdapat 250 juta atau 4,2% penduduk dunia telah menderita gangguan pendengaran dan kurang dari setengahnya terdapat di Asia Tenggara yang mana 4,6% nya dari Indonesia. Berdasarkan fakta tersebut, lima mahasiswa jurusan Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga terdorong untuk menemukan paduan terbaik dalam pembuatan membran timpani artifisial (lapisan telinga tiruan).
Kelima mahasiswa tersebut ialah Rara Setya Angtika (angkatan 2012), Ditya Hanif Kharisma (angkatan 2012), Brillyana Githanadi (angkatan 2012), Tarikh Omar Asyraf (2014) dan Adita Wardani Rahmania (2014) serta Dr. Prihartini Widiyanti,. Drg,. Mkes, selaku pembimbing kelompok tersebut. Mereka membuat sebuah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diberi judul “Sintesis Komposit Kolagen-Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Membran Timpani Artifisial Pada Kasus Ruptur Organ DalamTelinga”, program tersebut telah disetujui oleh Dirjen Dikti untuk diberikan pendanaan.
Dalam prosesnya, kelompok PKM tersebut memadukan komposit kolagen-kitosan dengan menambahkan gliserol sebagai paduan membran timpani artifisial. Penggunaan bahan alami pada membran timpani artificial tersebut, karena dianggap memiliki sifat yang lebih baik dan biokompabilitas.
“Karena kolagen merupakan struktur yang paling penting di lapisan bagian dalam dari membran timpani, hal tersebut dapat membantu regenerasi jaringan, termasuk sel-sel,” jelas Rara selaku Ketua Kelompok PKM tersebut.

Lolos Uji Coba
Untuk memenuhi sifat fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga, proses paduan membran timpani artificial ini melalui berbagai ragam uji coba. Diantaranya yaitu uji FTIR untuk menentukan kualitas sampel, uji kerapatan membran, uji modulus elastisitas guna menguji keelastisitasan sampel, uji MTT assay untuk mengetahui eksistensi sifat toksik dalam sampel, uji anti bakteri, serta uji koefisien serap suara.
Rara mengatakan, bahwa sampel membran timpani artificial milik kelompoknya ini telah lolos uji coba dan dapat memenuhi standar fisik dan mekanik dari sebuah gendang telinga.
“ Uji koefisien serap didapati bahwa sampel mampu menyerap suara seperti pada range frekuensi yang bisa didengar oleh manusia yaitu hingga 80 dB, yang artinya sampel mampu dan berpotensi sebagai membran timpani artifisial,” jelas nya.
“ Harapannya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan membran timpani artificial dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya.(*)
Penulis : Bambang BES
Editor : Dilan Salsabila