UNAIR NEWS – Pernikahan dini di Kabupaten Kediri terbilang cukup tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Akar persoalan tersebut tidak lepas dari banyaknya perempuan yang hamil di luar nikah sehingga mereka terpaksa mengajukan dispensasi pernikahan kepada pemerintah setempat.
Merespons persoalan tersebut, kelompok KKN BBK Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan edukasi terkait bahaya pernikahan dini kepada remaja di Desa Plosokidul, Kabupaten Kediri pada Minggu (30/07/2023). Tidak hanya itu, mereka juga memberikan edukasi terkait pencegahan kekerasan seksual dan perawatan kesehatan reproduksi di kalangan remaja.
Allysa selaku ketua pelaksana kegiatan menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai dampak negatif dari pernikahan dini. Menurutnya, pernikahan dini memiliki risiko yang lebih berbahaya terhadap kesehatan reproduksi wanita. Oleh sebab itu, perlu adanya penyuluhan dan intervensi untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Wanita yang menjalani kehamilan pada usia dini lebih berisiko mengalami abortus, yaitu kondisi keluarnya janin sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu. Selain itu, wanita juga bisa melahirkan bayi lahir prematur dan pendarahan setelah melahirkan,” ungkapnya.
Adakan Pre-test dan Post-test
Awardee Beasiswa Bank Indonesia itu melanjutkan bahwa kegiatan tersebut terdiri dari pemaparan materi mengenai perawatan kesehatan dan kebersihan organ reproduksi, pencegahan kekerasan seksual, dan pencegahan pernikahan dini. Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pre-test dan post-test bagi para peserta kegiatan yang bertujuan untuk mengukur pemahaman mereka terkait materi yang telah diberikan.
“Karena indikator kami juga tingkat pemahaman para peserta. Jadi, salah satu cara untuk mengukur hal itu, kami pakai soal-soal yang ada di pre-test dan post-test. Harapannya, setelah pemaparan materi, tingkat pemahaman peserta bisa meningkat,” ujar mahasiswa asal Jakarta itu.
Terakhir, Allysa mengatakan edukasi tersebut mendapat respons yang baik dari para remaja di Desa Plosokidul. Tidak hanya itu, organisasi karang taruna di desa tersebut juga turut andil membantu kegiatan tersebut. Bahkan, mereka berinisiasi untuk melanjutkan edukasi remaja tersebut secara berkala.
“Kalo dilihat ke aspek kesehatan, sebenarnya kegiatan ini juga sebagai dasar posyandu remaja karena di sini sendiri belum ada. Nah, jangka panjang posyandu remaja ini nantinya juga bisa untuk menekan angka stunting di masyarakat,” tukasnya. (*)
Penulis: Rafli Noer Khairam
Editor: Khefti Al Mawalia