Universitas Airlangga Official Website

Mahasiswa UNAIR Sabet Tiga Penghargaan di International Youth Conference 2024  

Mahasiswa UNAIR yang meraih tiga penghargaan di IYC 2024. Dari kiri ke kanan dan bawah, Deva Fitra Firdausa Anwar(FK). Ikhsan (FST), Iqbal Rohim Al Farisi (FIB), M Dimas Ferdiansyah(FIB) dan Firman Maulana Barokah (FPK). (Foto: Dok Istimewa)

UNAIR NEWS – Ukiran prestasi demi prestasi terus dicetak oleh Ksatria Airlangga. Kali ini prestasi datang dari Iqbal Rohim Al Farisi (Fakultas Ilmu Budaya), Firman Maulana Barokah (Fakultas Perikanan dan Kelautan), Muhammad Dimas Ferdiansyah (Fakultas Ilmu Budaya), Ikhsan (Fakultas Sains dan Teknologi), dan Deva Fitra Firdausa Anwar (Fakultas Kedokteran).

Kelima mahasiswa tersebut berhasil meraih tiga penghargaan, yakni Juara Utama Gold Medal Subtema Environment, Juara Kedua Silver Medal Subtema Health, dan Runner Up International Youth Conference 2024. Mereka meraih penghargaan pada ajang International Youth Conference (IYC) Essay Competition 2024 yang berlangsung di Universiti Putra Malaysia pada Minggu-Senin (11-12/08/2024). 

Firman mewakili tim menceritakan bahwa berbagai tahapan seleksi yang panjang dan padat harus ia dan timnya lewati. Mulai dari submit paper hingga seleksi pengumuman untuk melaju ke babak final. Dalam ajang tersebut, Firman dan tim juga harus melawan kompetitor yang tidak kalah ciamik dari berbagai negara. 

“Alhamdulillah, dalam ajang ini kami menggagas dua gagasan, yakni Ecotruck dan Vrid. Kedua gagasan tersebut lolos seleksi dan berlanjut ke seleksi final. Saya tidak menyangka sebelumnya bahwa kedua gagasan yang kami bawa dapat lolos di ajang internasional,” tutur Firman. 

Berbagai tantangan masih harus Firman dan tim hadapi di tahapan final. Menurut keterangannya, selama mempersiapkan tahapan final, ia dan tim kembali terkendala pada waktu dan jadwal yang padat. Apalagi, tiap anggota berasal dari berbagai fakultas yang berbeda. 

“Saat kami mempersiapkan itu yang menjadi tantangan terbesarnya yakni waktu. Ditambah, tiap anggota memiliki kesibukan yang padat juga.  Ada yang sedang intern, dan KKN. Namun, Alhamdulilah tantangan tersebut berhasil kami taklukan,” imbuh Firman.

Dalam ajang tersebut, Firman dan tim mencanangkan dua gagasan, yakni Ecotruck: Automatic Waste Monitoring Application with A-GPS Based Ultrasonic Sensor to Improve Waste Management Efficiency Toward a Waste-Free Indonesia on SDGs 2030 dan Vrid: Virtual Reality-Based Therapy for Anxiety Treatment As A Way to Foster Well-Being of Individual with Mental Disorder in the Society 5.0 

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR itu menerangkan bahwa gagasan tersebut berguna untuk menuntaskan permasalahan penumpukan sampah yang kian maraknya di masyarakat. Baginya, permasalahan lingkungan harus segera teratasi sebelum semakin kompleks di masa depan. 

“Inovasi inilah yang kemudian melahirkan ide untuk memasang sensor ultrasonik pada tempat sampah. Sensor ini akan mendeteksi volume sampah dan memberikan notifikasi secara real-time kepada petugas melalui sebuah aplikasi yang kami kembangkan. Aplikasi ini menerima pesan dari sensor dan langsung menginformasikan kepada petugas kebersihan ketika tempat sampah sudah perlu dikosongkan,” jelas Firman

Sedangkan, untuk Vrid merupakan gagasan untuk meningkatkan kualitas hidup dari penyandang disabilitas mental. Vird menggunakan teknologi VR untuk mengatasi kecemasan (anxiety) pada penyandang disabilitas. 

“Ini merupakan metode terapi yang memanfaatkan teknologi VR untuk memberikan pengalaman imersif yang dapat membantu penyandang disabilitas mental mengatasi kecemasan mereka. Melalui VR, pengguna dapat ditempatkan dalam lingkungan yang aman dan terkendali di mana mereka dapat berlatih menghadapi situasi yang memicu kecemasan secara bertahap dan terarah,” ujarnya. 

Firman berharap, inovasi ini tidak hanya menjadi solusi untuk masalah kebersihan dan kesehatan mental, tetapi juga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lain. Menurutnya mahasiswa harus menjadi sosok yang tidak hanya memiliki semangat belajar tinggi, namun juga dapat menebar kebermanfaatan ke sesama. 

“Meskipun latar belakang keilmuan kami bukan dari bidang yang berkaitan langsung dengan teknologi sensor atau pengelolaan sampah dan VR dalam menciptakan alat terapi mental, kami tetap berkomitmen untuk terus belajar. Kami banyak berkonsultasi dengan ahlinya, melakukan riset, dan tidak ragu untuk mengeksplorasi bidang baru demi mewujudkan gagasan ini,” ucapnya.. 

Penulis: Satrio Dwi Naryo

Editor: Edwin Fatahuddin