UNAIR NEWS – Satu lagi prestasi membanggakan datang dari mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR). Christin Chatrin Nebore atau yang biasa dipanggil Christin, terpilih menjadi town hall participant dalam acara pra-Konferensi Tingkat Tinggi Youth 20 (KTT Y20) ke-4 yang diselenggarakan di Manokwari, Papua Barat. Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) itu mengaku antusias dengan tema yang dibawakan dalam pra-KTT kali ini, yaitu Diversity and Inclusion (keberagaman dan inklusivitas).
“(Tema ini, Red) berkaitan juga dengan pendidikan inklusif dan pemuda dalam ekonomi kreatif. Aku sendiri juga fokus ke kepemimpinan pemuda, bagaimana pemuda bisa terlibat dalam pembuatan kebijakan,” ujar Christin.
Alumni beasiswa Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) 2021 ini bercerita bahwa terdapat sejumlah kegiatan dalam pra-KTT tersebut. Acara ini dibuka oleh perwakilan delegasi internasional seperti organisasi World Bank, United Nations Commission on Human Rights (UNCHR), dan negara lainnya.
Para partisipan layaknya Christin juga dibekali dengan focus group discussion (FGD). Nantinya peserta juga dapat mempelajari keterampilan tertentu, seperti teknik bernegosiasi, diplomasi, hingga bertukar pendapat. Kemampuan ini penting untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan di hadapan para delegasi Y20 Indonesia di KTT Y20.
Harus Senantiasa Inklusif
“Yang paling mengesankan, aku bisa berkesempatan ketemu perwakilan-perwakilan negara lain dan belajar banyak tentang dunia hubungan internasional secara praktis, serta membangun relasi,” tutur penerima beasiswa Indonesian International Student Mobility Program (IISMA) 2022 tersebut.
Di samping itu, Christin mendapatkan peluang untuk menyampaikan presentasi rekomendasi kebijakan bertemakan kepemimpinan pemuda dan keterlibatan warga sipil. Di depan delegasi Town Hall Meeting, Christin memaparkan isu krusial yang dihadapi pemuda, khususnya Papua dan Papua Barat, dan bagaimana pemerintah tidak lagi menyepelekan potensi anak muda. Anak muda juga punya peran untuk jadi bagian dalam pembangunan nasional maupun daerah.
Christin berharap setidaknya rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat dijadikan agenda bahasan dalam Konferensi Y20. Hal itu, menurutnya, memperbesar peluang untuk didengar para pemimpin negara anggota G20. Selain itu, Christin ingin agar semua lapisan masyarakat terutama kelompok marjinal seperti komunitas difabel, lintas gender, etnis, dan pengidap HIV/AIDS dapat terwakili dalam selebrasi G20 ini.
“Makna recover together, recover stronger harus inklusif, menjamah hingga ke level akar rumput. Perlu ada sinergi bersama (pentahelix relations) antara pemerintah-swasta-masyarakat, untuk merealisasikan tujuan tersebut,” tutupnya.
Sebagai informasi, Y20 merupakan salah satu engagement group dari puncak presidensi G20 yang diemban Indonesia pada tahun 2022 ini. Pra-konferensi yang diadakan pada tanggal 17-19 Juni 2022 ini merupakan kegiatan terakhir dari rangkaian acara pra-KTT sebelumnya di Palembang, Lombok, dan Balikpapan. Puncak acara KTT Y20 sendiri akan dilaksanakan di Jakarta dan Bandung di waktu mendatang. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh