Universitas Airlangga Official Website

Mansfield Foundation Gandeng UNAIR Bahas Sikap Indonesia Undang Putin dan Zelensky di KTT G20

Radityo Dharmaputra S Hub Int M Hub Int RCEES IntM MA (kiri bawah) dalam forum gelaran Mansfield Foundation. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Presiden Jokowi mengumumkan bahwa Ia akan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada KTT G20 November mendatang. Hal tersebut menjadi bahan menarik untuk diskusi di berbagai kalangan, salah satunya webinar yang diadakan oleh Mansfield Foundation pada Rabu, (15/6/2022).

Dalam kesempatan itu, hadir pakar politik internasional Eropa Timur Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra S Hub Int M Hub Int RCEES IntM MA buka suara menanggapi hal ini. Menurutnya, upaya Presiden Jokowi tersebut adalah tradisi lama dari kebijakan luar negeri yang pragmatis.

“Menarik sekali ketika Jokowi mengundang mereka berdua.” ujar Radityo.

Menurut Radityo, dengan mengundang baik Rusia maupun Ukraina, Presiden Jokowi mencoba untuk menunjukkan sikap menjaga keseimbangan. Tidak sepenuhnya mendukung Rusia maupun sepenuhnya tunduk pada tekanan Barat yang menolak kehadiran Presiden Putin pada forum G20.

“Ini adalah jalan tengah, dan menurut saya respon kolateral dari Jokowi,” jelasnya.

Dosen Departemen Hubungan Internasional UNAIR itu juga menyebutkan bahwa dengan demikian, Presiden Jokowi mengembalikan tanggung jawab pada pihak-pihak yang diundangnya. “Jadi Presiden Jokowi bisa bilang ‘Oh setidaknya kita sudah mengundang. Untuk datang atau tidak itu keputusan mereka.’ Dan yang mengejutkan, (keputusan, red) ini mendapat dukungan dari masyarakat.” terang kandidat doktoral Univesity of Tartu tersebut.

Masyarakat Indonesia, terutama warganet, memang cenderung menunjukkan simpati terhadap Rusia. Meskipun demikian, Radityo menuturkan bahwa, jika dibandingkan dengan masa awal invasi dahulu, sentimen pro-Rusia sudah berkurang walau sentimen anti-Barat masih kental. Hal ini jelas berbeda dengan posisi Indonesia yang non-alligned. 

“Kita harus benar-benar membedakan antara (posisi) pemerintah dengan publik,” tambahnya.

Radityo juga menuturkan bahwa pembatalan undangan terhadap Presiden Putin akan dilihat oleh publik sebagai sikap Presiden Jokowi yang tunduk dengan tekanan Barat. Impresi semacam ini bahkan sudah ada sejak Jokowi mengundang Zelensky.

“Mengundang Zelensky adalah satu-satunya hal (terjauh, –red) yang bisa dilakukan Jokowi dan pemerintah Indonesia sekarang ini,” tegasnya.

Kehadiran Vladimir Putin, menurut Radityo, bisa jadi sumber masalah. Pembahasan G20 menjadi terhambat karena terdapat perbedaan kepentingan. Pemimpin-pemimpin Barat juga berpotensi memboikot G20 dengan tidak hadir.

“Saya tidak tahu apa yang Indonesia dapatkan dari keputusan ini,” ungkap Radityo.

Di lain sisi, kehadiran Presiden Zelensky berpotensi membuat Putin enggan hadir. Sejauh ini, Zelensky juga sudah bersedia hadir dalam forum, setidaknya secara virtual. 

“Mungkin itu yang diharapkan Indonesia,” ucap Radityo.

Pada akhir, Radityo juga mengomentari perihal Indonesia yang digadang-gadang mampu menjadi mediator agar konflik mereda. Akan tetapi, menurutnya itu merupakan hal yang sulit. “Menangani konflik di Eropa Timur berbeda dengan menangani konflik di Kamboja, misalnya. Ini strategi ulur waktu agar konflik berhenti dengan sendirinya. Indonesia sedang berjudi. Ini permainan berbahaya oleh Jokowi,” pungkasnya.


Penulis: Ghulam Phasa Pambayung
Editor: Nuri Hermawan