Industri hiburan global mengalami perubahan yang cukup signifikan selama dua dekade terakhir, terutama dengan adanya dukungan perkembangan teknologi digital serta luasnya akses internet. Pengalaman menonton film juga turut mengalami perubahan, dahulu terpusat pada bioskop atau cinema. Bioskop merupakan instansi yang menyediakan pelayanan hiburan tontonan kepada masyarakat. Pengalaman yang masing-masing individu rasakan ketika menonton dapat berbeda sesuai dengan pilihan fasilitas yang mereka pilih dan bayar (Swara et al., 2016).
Beberapa daerah terpencil tidak memiliki bioskop. Sehingga pengalaman menonton bioskop ini tidak dapat masyarakat rasakan secara merata. Modern ini, pengalaman menonton bioskop telah bergeser kepada platform streaming berbayar atau OTT (Over-The-Top). Transformasi ini tidak hanya memberikan dampak pada distribusi konten, namun juga mempengaruhi perilaku konsumen secara mendasar.
Perubahan terbesar dalam industri hiburan adalah kemunculan berbagai platform streaming berbayar seperti Netflix, Disney+, Amazon Prime, Viu, dan masih banyak lagi. Netflix adalah salah satu platform yang memiliki pelanggan terbanyak di dunia. Menurut data Statistia.com Netflix mengalami pertumbuhan luar biasa dalam jumlah pelanggan global. Pada tahun 2013, Netflix hanya memiliki sekitar 30 juta pelanggan di seluruh dunia. Jumlah ini kemudian meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Peningkatan yang terjadi menunjukkan fenomena pergeseran minat konsumen yang semakin meninggalkan bisokop tradisional dan beralih kepada OTT yang dapat dinikmati tanpa harus keluar dari rumah.
Pada kuartal ketiga tahun 2024 Netflix memiliki sekitar 282.7 juta pelanggan seluruh dunia. Hal ini membuktikan adanya kenaikan pelanggan daripada kuartal sebelumnya. Kehadiran Netflix di Indonesia termanfaatkan secara masif dan eskalatif. Sehingga menguasai pasar konten internet streaming video on demand (SVoD/VoD). Hal ini telah Kementerian Kominfo antisipasi dengan perpanjanga regulator (Djamzuri & Putra Mulyana, 2022).
Netflix memiliki pesaing utama yakni Disney+ yang juga menunjukkan pertumbuhan pelanggan yang pesat sejak peluncuran pertama kali pada tahun 2019. Pada tahun 2020, Disney+ berkolaborasi dengan Telkomsel untuk menyediakan paket internet dengan langganan menonton. Penawaran harganya lebih terjangkau daripada paket menonton Netflix (Gultom et al., 2023). Pada kuartal pertama tahun 2020, Disney+ berhasil meraih 26,5 juta pelanggan dan terus mengalami peningkatan pesat. Peningkatan tersebut hingga mencapai 152,21 juta pelanggan pada kuartal pertama tahun 2023.
Pertumbuhan ini tidak terlepas dari strategi konten eksklusif yang Disney+ tawarkan. Termasuk berbagai franchise popular seperti Star Wars, Marvel, dan Pixar, yang memiliki basis penggemar global yang sangat besar. Di samping itu, Disney sendiri telah sukses besar sebagai produksi film animasi. Film Disney yang telah terkenal hanya terdapat di platform Disney+ dan hanya dapat dinikmati dengan akses premium berbayar. Disney+ menggunakan strategi rilis hybrid untuk beberapa film besar yang mereka produksi. Di mana film-film tersebut dirilis secara bersamaan di bioskop dan platform Disney+ (dengan akses premium berbayar). Strategi ini tidak hanya menarik pelanggan yang ingin menonton film-film terbaru dari rumah. Namun juga meningkatkan pendapatan Disney+ dan menambah jumlah pelanggan.
Fenomena peralihan pengalaman menonton dari tradisional dan hanya dapat dilakukan di bioskop kepada platform streaming berbayar dan dapat dinikmati dimana saja, terjadi secara perlahan. Pandemi COVID-19 mempercepat proses adopsi layanan streaming, di mana banyak bioskop terpaksa tutup atau beroperasi dengan kapasitas terbatas. Fenomena ini akibat karena terbatasnya akses fisik dan protocol kesehatan yang ketat, sehingga masyarakat tidak dapat berkunjung ke bioskop untuk mendapatkan pengalaman menonton (Raji et al., 2022).
Konsumen yang terbiasa menonton film di bioskop harus beralih ke platform streaming untuk mengisi kebutuhan hibura mereka. Walau feomena ini terus mendukung pertumbuhan platform streaming, bioskop tradisional tidak sepenuhnya kehilangan relevansi. Pengalaman menonton di layer besar dengan sistem suara yang kencang masih memiliki daya tarik tersendiri. Setelah pandemi COVID-19 selesai, bioskop-bioskop secara perlahan mulai penuh oleh para penikmat film.
Berdasarkan data Statistia.com menunjukkan pada bulan Agustus, tahun 2023 Netflix menjadi salah satu perusahaan internet terbesar di dunia bersaing dengan Meta dan Alibaba. Pada data ini ditunjukkan bahwa Netflix merupakan satu-satunya platform streaming berbayar yang masuk ke dalam daftar ini. Netflix tercatat sebagai salah satu platform besar dengan nilai pasar sebesar $185,26 miliar. Posisi ini menempatkan Netflic di antara perusahaan internet global lainya. Seperti Alphabet (induk perusahaan Google) yang memiliki kapitalisasi pasar tertinggi sebesar $1,656 triliun diikuti oleh Amazon dengan $1,373 triliun, dan Meta Platforms denga $746,88 miliar.
Walau kapitalisasi pasar Netflix lebih kecil di bandingkan dengan platform internet lainnya, namun Netflix tetap memegang peran penting sebagai perusahaan OTT (Over-The-Top) terbesar di dunia. Sebagai pionir dalam layanan streaming berbayar, Netflix berhasil mempertahankan dominasinya di industri hiburan digital dengan terus mengembangkan konten orisinal berkualitas dan inovasi teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Dominasi Netflix di sektor OTT membuktikan bahwa mereka mampu bersaing di antara perusahaan teknologi besar, terutama di era digital di mana hiburan berbasis internet semakin menjadi piluha utama konsumen di seluruh dunia.
Penulis: Aflahah Ramadhani Nidia Saputri, Mahasiswa Magister Manajemen Sumber Daya Manusia UNAIR