Universitas Airlangga Official Website

Mastitis Masih Menjadi Ancaman Sapi Perah di Indonesia

Mastitis Masih Menjadi Ancaman Sapi Perah di Indonesia
Ilustrasi: GDM

UNAIR NEWS – Mastitis menjadi ancaman bagi sapi perah hingga saat ini. Produksi sisi yang menurun dan berkualitas rendah menjadi salah dampak paling terasa bagi peternak. Bila tidak teratasi dengan baik, maka kerugian ekonomi peternak akan merusak roda perputaran ekonomi bagi mereka. Maka dari itu, Divisi Mikrobiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan Kuliah Tamu dengan topik Streptococci dan Staphylococci Mastitis. 

Kegiatan tersebut terlaksana secara daring di zoom meeting pada Sabtu (29/4/2023). Sebagai bekal mahasiswa program studi kedokteran hewan UNAIR untuk dapat lebih mengenal penyakit mastitis pada sapi perah dari praktisi.

Mastitis Menyerang Ambing

Pemateri, drh Vincent Setiawan mengatakan mastitis akibat infeksi bakteri Streptococci mastitis melalui faktor kontaminasi dan lingkungan. Pertama bakteri akan merusak jaringan sisterna ambing yang besar. Bakteri tersebut akan bertemu dengan leukosit yang secara alami dalam jumlah kecil dalam susu. Jika bakteri tidak sepenuhnya hancur, mereka terus berkembang biak dan mulai menyerang saluran yang lebih kecil dan area alveolar.

“Susu yang menggumpal dapat menutup saluran, dan akibatnya mengisolasi daerah yang terinfeksi,” katanya.

Kepala Lab and QC Section PT. Global Dairi Alami tersebut menuturkan mastitis dapat terjadi secara klinis maupun subklinis. Jika secara visual, mastitis subklinis tidak dapat teramati secara langsung lewat perbesaran ambing. Walau terlihat tanpa gejala, infeksi mastitis subklinis menyebabkan cemaran sel punca ke dalam susu sehingga viskositasnya mengalami pengentalan. 

“Oleh karena itu di masa yang akan datang, cemaran sel punca harusnya bisa masuk ke dalam indikator SNI kualitas susu,” tuturnya.

drh Vincent setiawan menjawab Beberapa Pertanyaan yang Masuk pada Kuliah Tamu (Sumber: Tangkapan Layar)
Pengobatan dan Pencegahan

Alumnus Magister Veteriner FKH UNAIR tersebut menjelaskan bahwa pengobatan mastitis dapat dilakukan pada masa laktasi dan masa kering kandang. Pada masa laktasi penggunaan antibiotik secara parenteral maupun intramammary dengan tingkat kesembuhan yang berbeda.

“Penggunaan antibiotik β-Lactam pada pengobatan mastitis karena infeksi streptococci masih menjadi pilihan utama,” jelasnya.

Sedangkan pengobatan masa kering kandang menjadi pilihan pengobatan terutama pada infeksi yang bersifat kronis. Pengobatan seringkali dengan kombinasi parenteral atau non-antibiotic intramammary teat seal. Sapi yang mengalami produktivitas rendah akibat mastitis dapat dengan pengafkiran maupun dengan melakukan operasi penutupan saluran ambing untuk mencegah kerugian berlebih. 

Dengan dampak negatif yang dapat terjadi tersebut, mencegah terjadinya mastitis menjadi pilihan paling tepat daripada pengobatan. Tindakannya dapat berfokus pada menjaga kebersihan dan higienitas lingkungan kandang. Termasuk area calving dan pemerahan penggunaan desinfektan post-milking.

Penulis: Azhar Burhanuddin 

Editor: Feri Fenoria

Gambar 1:  drh Vincent setiawan menjawab Beberapa Pertanyaan yang Masuk pada Kuliah Tamu (Sumber: Tangkapan Layar)