Universitas Airlangga Official Website

Memahami Teman Tuli dengan Macam Bahasa Isyarat Mereka

SEORANG perempuan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan teman Tuli. (Foto: Feri Fenoria)
SEORANG perempuan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi dengan teman Tuli. (Foto: Feri Fenoria)

UNAIR NEWS – Sering dijumpai di sekitar bahwa orang Tuli tidak bisa memahami ucapan orang lain dan sebaliknya walaupun telah dibekali dengan bahasa isyarat. Dengan itu, mahasiswa Magister Manajemen (MM) angkatan 51 Sore Universitas Airlangga (UNAIR) bersama Komunitas Arek Tuli Surabaya (KARTU Surabaya) dan Sekolah Luar Biasa  (SLB)Tuna Rungu Karya Mulya Surabaya mengadakan workshop ”Linking Heart with Sign Language” di Aula Supoyo Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR pada Sabtu (4/5/2019).
Diharapkan sebagai masyarakat umum atau biasa disebut dengan teman dengar dapat memahami teman Tuli dengan cara mengetahui cara teman Tuli berkomunikasi. Perlu diketahui bahwa bahasa isyarat adalah bahasa yang menggunakan gerak tubuh, gerak tangan, dan gerak bibir sebagai visualisasi komunikasi.
Menurut Kintan sebagai pemateri dari KARTU Surabaya yang diterjemahkan Rachmat, cara yang digunakan teman Tuli untuk berkomunikasi, antara lain, menggunakan bahasa ibu, BISINDO (bahasa isyarat bahasa Indonesia), bahasa verbal, dan tulisan. Bahasa ibu, lanjut dia, adalah bahasa yang sering diucapkan ibu atau keluarga dari teman Tuli dalam berkomunikasi.
Selanjutnya, BISINDO adalah bahasa isyarat Indonesia yang menggunakan gerak tangan dan ekspresi. Itulah yang sering digunakan dalam masyarakat umum. Untuk bahasa verbal, cara tersebut biasanya berupa oral, yaitu gerakan bibir ataupun ekspresi. Dan, jika teman Tuli tidak memahami bahasa ibu atau BISINDO bisa menggunakan cara bahasa tulisan.
Bukan hanya cara berkomunikasi, bahasa teman Tuli ada dua. Yakni, SIBI (sistem bahasa isyarat Indonesia) dan BISINDO. BISINDO biasa menggunakan gerakan dua tangan dan SIBI menggunakan satu tangan.
”SIBI pakai 1 tangan, untuk BISINDO pake 2 tangan,” diterjemahkan Rachmat.
Bukan hanya itu, BISINDO tidak menggunakan urutan kata sedangkan SIBI menggunakan urutan kata. BISINDO lebih mudah untuk dipahami, sedangkan SIBI terkadang tidak mudah dipahami karena adanya urutan kata yang tidak semua orang bisa memahaminya.
Untuk penggunaan antara BISINDO dan SIBI dapat diketahui dari kebiasaan teman Tuli dalam berkomunikasi. Termasuk dapat ditanyakan apakah teman Tuli lebih suka BISINDO atau SIBI.
Perlu diketahui, setiap daerah di Indonesia memiliki budaya Tuli sendiri. Bisa diartikan pula bahwa penggunaan bahasa isyarat bagi teman-teman Tuli di setiap daerah juga berbeda-beda. (*)
 
Penulis: Asthesia Dhea C.
Editor: Feri Fenoria Rifa’i