Universitas Airlangga Official Website

Membuat Bahan Implant Tulang dari Koral

Ilustrasi oleh tirto id

Kebutuhan biomaterial sebagai pengganti tulang akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kasus kerusakan tulang akibat trauma, tumor, kelainan kongenital, infeksi, dan resorbsi tulang akibat komplikasi pemasangan protesa sendi . Berdasarkan data BPJS, hingga akhir Mei 2019 peserta BPJS telah menyentuh 221.580.743 jiwa, meningkat 28,10 % dibandingkan Januari 2017 terjadi ketidakseimbangan pembiayaan untuk pemasukan dana kapitasi dengan pengeluaran BPJS  kesehatan sehingga mengalami rerata defisit Rp 9,52 triliun setiap tahun dari 2016-2018 dan tahun 2019 diprediksi  mengalami defisit  28 triliun rupiah. Salah satu penyebabnya karena hampir 90 persen produk kesehatan masih import. Oleh sebab itu diperlukan cara untuk mengurangi defisit tersebut melalui penyediaan alat kesehatan dan material medis (biomaterial) yang berkualitas dan murah melalui pengembangan industri kesehatan dalam negeri.

Implan tulang merupakan komuditas yang banyak diimpor dari Swiss dengan harga yang tidak murah. Implan tulang berbahan logam seperti Stainless Steel 316 L, paduan Co-Cr dan paduan titanium merupakan contoh fiksasi fraktur tulang yang selama ini telah digunakan. Namun logam tersebut tidak dapat diserap oleh tulang sehingga dalam jangka waktu tertentu mestinya harus diambil lagi ketika tulangnya sudah pulih. Apalagi jika fraktur tulang yang terjadi cukup besar, maka  dibutuhkan bahan yang bisa menumbuhkan sel tulang dan berinteraksi dengan tulang yang asli. Salah satu bahan yang memiliki sifat seperti itu adalah hidroksiapatit. ( Ingat bahwa tulang kita terdiri dari hampir 68 % hidroksiapatit). Oleh sebab itu pengembangan hidroksiapatit dengan kualitas baik yang diproduksi di dalam negri yang memanfaatkan sumber daya alam   merupakan tantangan bagi peneliti yang berkecimpung dalam biomaterial. 

Hidroksiapatit dapat disintesis dari berbagai sumber daya alam Indonesia. Kata kunci bahan alam untuk hidroksiapatit adalah yang mengandung mineral Kalsium Karbonat tinggi, seperti batu gamping, koral, cangkang telur, tulang sapi, tulang ikan dan yang lainnya. Metode pembuatannya pun dapat melalui berbagai tehnik. Salah satu tehnik yang murah , mudah dan dapat digunakan dalam skala besar adalah tehnik pengendapan (presipitasi). Dalam tehnik tersebut terdapat berbagai parameter proses yang harus diperhatikan untuk dapat memperoleh hidroksiapatit dengan kemurnian tinggi. Dalam artikel ini ditunjukkan bahwa parameter molaritas precusor asam fosfat dan suhu pembakaran dalam metode pengendapan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir hidroksiapatit yang diproduksi. Persentase hidroksiapatit terbanyak yang dihasilkan bila molaritas asam fosfat 1 M dan suhu pembakaran 9000C, diperoleh 96,6 % hidroksiapatit dan sisanyanya adalah keluarga hidroksiapatit lainnya yaitu trikalsium fosfat (3,4 %).

Penulis: Siswanto, Dyah Hikmawati, Wahyuning Tyastutik, dan Desy Herlinawati)pada jurnal, Ecology, Environment And Conservation,  dengan url: http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9800&iid=279&jid=3

Untuk lebih jelas dan detailnya dapat dibaca pada artikel “Preparation of hydroxyapatite based on Nano Coral using precipitation method: influence of molarity of phosphoric acid and sintering temperature