UNAIR NEWS – Lingkaran kemiskinan merupakan masalah pelik bagi negara. Munculnya lingkaran tersebut melahirkan penyakit sosial di masyarakat. Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan kuliah tamu dengan tema tersebut, yakni Breaking Vicious Circle of Poverty with Education: Case in Malaysia. Kuliah tersebut terlaksana pada Jumat (1/9/2023) di Aula Fajar Notonagoro FEB.
Prof Dr M Firdaus SP Msi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Perwakilan Republik Indonesia di Kuala Lumpur, menyampaikan satu sebab lingkaran kemiskinan terjadi, yaitu rendahnya tingkat pendidikan.
“Lingkaran setan kemiskinan dapat dihancurkan lewat pendidikan. Pendidikan bisa mempengaruhi pendapatan seseorang, semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan seseorang tersebut,” jelasnya.
Pekerja Migran dan Lingkaran Kemiskinan
Prof Firdaus mengambil fokus permasalahan lingkaran kemiskinan di Malaysia. Pangkal isunya adalah pekerja migran Indonesia di Malaysia. Kendati pekerja migran mendapat label pahlawan devisa negara, Atase Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur tersebut menilai banyak social cost yang dikorbankan.
“Hal ini mengindikasikan masalah kekerasan dan kerugian yang dialami oleh para pekerja migran,” ungkapnya.
Prof Firdaus menyoroti masalah pernikahan para pekerja migran tanpa dokumen sah di Malaysia. Hal tersebut ia nilai sebagai akar dari lingkaran setan. Di mana anak hasil pernikahan tanpa dokumen legal akan membuat anak nir-identitas.
“Hasilnya, anak hasil pernikahan tersebut tidak memiliki identitas dan dokumen sah ketika anak tersebut hendak dibawa pulang ke Indonesia. Di sisi lain, anak-anak tersebut juga tidak bisa sekolah dan terjadi masalah struktural,” jelasnya.
Ia pun menambahkan ketika pendidikan rendah maka tingkat kesejahteraannya pun tidak terjamin baik. Kemiskinan struktural pun lahir dari akar masalah tersebut. Pun, Prof Firdaus juga menyampaikan bahwa lingkaran setan melahirkan penyakit sosial seperti kriminalitas.

Memecah Lingkaran Kemiskinan lewat Pendidikan
Prof Firdaus menyebutkan bila pendidikan merupakan kunci untuk memecah kemiskinan. Untuk itu, kesadaran untuk melek terhadap kebutuhan literasi sangat diperlukan. “Forum internasional telah mengemukakan bahwa pendidikan adalah akses untuk semua orang,” paparnya.
Mengambil contoh di Malaysia, ungkapnya, dari kalangan akar rumput banyak tumbuh sekolah yang didirikan oleh organisasi masyarakat. Seperti adanya sanggar bimbingan yang berdiri sebagai sekolah non-formal di Semenanjung, Malaysia.
“Sanggar bimbingan di Semenanjung didirikan oleh Pondok Ikatan Alumni Bata-Bata. Ada juga di Sabah dan Serawak yang didirikan oleh pendeta,” jelasnya.
Penulis: Muhammad Naufal Rabbani
Editor: Feri Fenoria