UNAIR NEWS – Tragedi 1 Oktober yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang mendorong kita untuk merefleksikan ulang kebhinekaan di tengah masyarakat. Mulai pentingnya melihat kembali sejarah, komunikasi, dan peran seni budaya dalam menyongsong kebhinekaan.
Jalan Panjang Rawat Kebhinekaan dalam Bingkai Pancasila
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Dr Suko Widodo Drs M Si mengatakan Indonesia merupakan negara yang memiliki pengalaman kebhinekaan yang luar biasa jika dibandingkan dengan eropa. Jika ditarik pada sejarah masa lampau, terdapat pesan mendalam dialog antara Josip Broz Tito dan Bung karno tentang apa yg dimiliki dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.
“Josip Broz Tito mengatakan nek kami punya persenjataan tank, tapi malah mereka pecah. Sedangkan Bung Karno hanya bilang kami punya Pancasila, satu hal saja dan itu yang mempersatukan kita hingga kini,” tuturnya saat membawakan acara cangkrukan yang mengudara secara langsung melalui RRI Surabaya pada Kamis (6/10/2022).
“Indonesia merupakan bangsa yang besar, Yugoslavia pecah menjadi beberapa negara. Kita lebih teruji dalam hal kebangsaan,” tambah ketua BPC PERHUMAS Surabaya itu.
Dukungan Pemerintah pada Media Komunikasi Publik
Dr Suko mendukung media sebagai penyambung tali komunikasi masyarakat. Sebab, masyarakat yang dirawat negara dan negara dirawat komunikasi.
Sehingga perlu ada forum komunikasi yang terbentuk di tengah masyarakat. Salah satunya melalui hadirnya acara seperti cangkrukan yang diselenggarakan dan disiarkan langsung media komunikasi publik. Sehingga pemerintah seharusnya dapat mendukung kebutuhannya.
“Saya belajar media publik di eropa, negara disana mendukung penuh kebutuhan media publik. Karena memang itu salah satu bentuk komunikasi yang penting,” katanya dalam acara diskusi hybrid tersebut.
Bangun Kebhinekaan Lewat Seni Budaya
Dr Suko mengibaratkan seperti membangun stadion yang hebat, tapi hubungannya retak. Salah satu ikhtiar untuk membangun menunggalan kemerdekaan adalah dengan Bentuk komunikasi yang dapat dibangun adalah melalui seni budaya.
“Saya membayangkan arek Malang-surabaya dalam satu tempat dengan disatukan seni budaya, bisa dibasuh dengan persahabatan dan humanisme,” ucapnya.
Sehingga Suko mendorong pejabat untuk terus mendukung dan merawat kebhinekaan lewat implementasi kebijakan dan hadirnya komunikasi. Dengan kemajuan budaya tersebut, maka pengembangan sumberdaya manusia seharusnya menjadi prioritas dalam mengembangkan aktivitas kebudayaan di masa depan. Karena masa lalu adalah kenangan, masa kini kenyataan masa depan adalah harapan. Selayaknya kita tak menyalahkan siapapun dan merawat nilai kebhinekaan salah satunya lewat nilai lokal.
“Kita tidak menyalahkan siapapun dalam tragedi ini, tapi kita harus mawas diri sama-sama. Kita bisa membawa nilai kebhinekaan akan terawat melalui cangkrukan dan berkomunikasi satu sama lain,” tutupnya.
Penulis:azhar burhanuddin
Editor:Feri Fenoria