Universitas Airlangga Official Website

Menelusuri Dinamika Kemahasiswaan UNAIR pada Periode Awal Berdiri

Suasana perkuliahan di FK UNAIR tempo dulu
Suasana perkuliahan di FK UNAIR tempo dulu (Foto: Koleksi museum FK UNAIR)

UNAIR NEWSUniversitas Airlangga (UNAIR) berdiri pada tanggal 10 November 1954. Hal ini merupakan tonggak penting dalam sejarah pendidikan tinggi di Indonesia. UNAIR menarik kaum muda dari berbagai kelas sosial dan daerah untuk belajar di Surabaya. Latar belakang yang beragam tersebut, menyebabkan adanya dinamika kemahasiswaan, kepribadian, budaya akademis, dan kehidupan politik mahasiswa pada periode awal. 

Keterbatasan fasilitas menjadi tantangan utama. Fakultas Kedokteran, yang merupakan fakultas tertua, menempati gedung NIAS dengan kapasitas terbatas. Perkuliahan perdana yang berlangsung pada 6 September 1955 di ruang kuliah Karang Menjangan, hanya tersedia tempat untuk 350 orang, sedangkan jumlah mahasiswa mencapai 450 orang. Situasi ini membuat mahasiswa datang pagi hari untuk berebut bangku. Di antara mereka ada yang mulai mengantre sejak pukul 4 pagi. 

Organisasi mahasiswa pada periode awal belum terbentuk. Masing-masing fakultas memiliki senat mahasiswa yang menangani aktivitas di lingkungan fakultas. Pada tahun 1995, Dewan Mahasiswa UNAIR akhirnya berdiri sebagai wadah koordinasi senat mahasiswa. Selain itu, Dewan Mahasiswa UNAIR juga menjadi representasi mahasiswa di tingkat universitas. 

Kepengurusan Dewan Mahasiswa pertama kali dipimpin oleh Tjoa Jan Bing, dari Fakultas Kedokteran. Ia berhasil meletakkan dasar bagi tribut universitas, seperti hymne UNAIR dan bendera universitas dengan kombinasi warna kuning dan biru. Warna tersebut melambangkan keagungan serta semangat satria dan jiwa mendalam. Warna kuning dan biru juga diambil dari selubung patung Dewa Wisnu, yang digunakan pada saat peresmian UNAIR oleh Presiden Soekarno. 

Keberagaman latar belakang mahasiswa memiliki peran penting, terutama dalam pembentukan budaya akademik dan politik di kampus. Mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah membawa beragam ideologi. Hal tersebut membuat mereka tergabung dalam organisasi eksternal. Misalnya saja, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKI), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Organisasi internal seperti koperasi, olahraga, dan majalah fakultas juga mulai berkembang. Organisasi internal tersebut dilihat sebagai bagian dari aktivitas mahasiswa. 

Seiring berjalannya waktu, kemajemukan mahasiswa UNAIR tidak hanya memperkuat budaya akademik. Kontribusi signifikan dalam dinamika sosial politik di Indonesia pada masa itu, juga menjadi salah satu dampak dari kemajemukan mahasiswa UNAIR. UNAIR menjadi saksi penting dalam lahirnya pemikiran progresif, yang mewarnai perjalanan bangsa. 

Sumber: Mendidik Bangsa, Membangun Peradaban (Sejarah Universitas Airlangga), karya Prof Dr Sarkawi B. Husain dkk.

Penulis: Zahwa Najiba Putri Malika

Editor: Yulia RohmawatiÂ