Universitas Airlangga Official Website

Menelusuri Kawasan Eropa Kota Lama Surabaya pada ICAS 13

Partisipan ICAS 13 ikut menelusuri kawasan Eropa Kota Lama Surabaya (Foto: Mohammad Nurwahyudi HARIAN DISWAY)

UNAIR NEWS – Perjalanan menelusuri jalur rempah di kawasan Eropa Kota Lama Surabaya pada salah satu agenda International Convention of Asian Scholars (ICAS) ke-13 berlangsung meriah. Partisipan diajak untuk mengenal lebih dekat sejarah perkotaan yang pernah ada di Surabaya. Bangunan-bangunan bernuansa Eropa yang baru saja selesai direvitalisasi berhasil memikat perhatian partisipan ICAS dari berbagai penjuru dunia. 

Dahulu, kawasan Eropa Kota Lama merupakan pusat pemerintahan pada masa kolonial Belanda di Surabaya. Terdapat banyak aktifitas yang berjalan di sana, mulai dari pemukiman, perkantoran, pabrik, hingga kantor militer. Tak heran, bangunan-bangunan yang ada di sana menyimpan berbagai peninggalan. 

Terdapat juga Art Exhibition dengan menghadirkan karya-karya dari partisipan global maupun lokal. Salah satu karya, milik seniman Danishwara Nathaniel, menceritakan kisah rempah-rempah di Indonesia. Sebagai pemanis karya lukisannya, ditampilkan pula berbagai jenis rempah yang menunjukkan kekayaan alam milik Indonesia sejak masa kolonial.

Setelah dimanjakan oleh karya-karya seniman, partisipan ICAS ke-13 melanjutkan perjalanannya menuju Bank BNI 46 Rajawali. Menurut salah salah satu pemandu, bangunan tersebut merupakan perusahaan dagang Amsterdam milik Belanda. “Ini dulunya merupakan perusahaan dagang pada masa kolonial, perusahaannya bergerak pada distribusi bisnis ekspor dan impor kelistrikan,” ujar sang pemandu.

Salah satu pengunjung memperhatikan sajian rempah-rempah di De Javasche Bank (Mohammad Nurwahyudi HARIAN DISWAY)

Bangunan Bank BNI 46 Rajawali terlihat unik karena dinding bangunannya yang memakai bata merah. Motif keramik pada dinding pun menjadi perhatian partisipan. Pemandu menjelaskan bahwa motif yang ada merupakan perpaduan antara ciri khas Indonesia dengan Amsterdam.

“Motif yang berbentuk, seperti wajah manusia itu merupakan wayang, dan lainnya ialah bunga-bunga khas Indonesia. Kemudian jika dilihat terdapat keramik dengan corak bertuliskan impor dan ekspor, itu sebagai ciri bangunan yang dulunya merupakan perusahaan ekspor dan impor,” jelas sang pemandu kepada partisipan. 

Selanjutnya, penelusuran berlanjut pada bangunan bekas perusahaan perkebunan Nusantara dan berakhir pada bangunan bekas pabrik sirup. Para partisipan mengakhiri perjalanan dengan menikmati minuman sirup yang merupakan hasil produksi dari pabrik sirup Siropen. 

Melihat bagaimana tertariknya para partisipan global akan sejarah dan budaya Indonesia menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat lokal. Berkunjung pada situs-situs sejarah menjadi salah satu metode belajar dan mengenal sejarah yang asik untuk anak muda. 

Penulis: Syifa Rahmadina

Editor: Edwin Fatahuddin