n

Universitas Airlangga Official Website

Mengangkat Semangat Masyarakat dalam Membangun Majapahit

UNAIR NEWS – Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan pembangunan, termasuk di bidang pelestarian sejarah dan kepariwisataan. Inilah yang mendorong lima mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, untuk meneliti partisipasi masyarakat dalam pelestarian situs peninggalan Kerajaan Majapahit.

Kelima mahasiswa itu adalah Leny Yulyaningsih (FISIP/2015), Nadiya Firdausi (FISIP/2015), Fazza Baraka (FISIP/2015), Dian Rizkita Puspitasari (FISIP/2015), dan M. Giofani Fahrizal (FISIP/2015). Penelitian tentang partisipasi masyarakat itu mereka tuangkan dalam proposal program kreativitas mahasiswa kategori penelitian sosial humaniora (PKM – PE Soshum) berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi Perwujudan Program Pembangunan Desa ‘The Spirit of Majapahit’ dalam Konsep Good Governance’. Proposal PKM – PE milik tim yang diketuai Leny itu berhasil lolos pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2016.

Kawasan Trowulan telah menjadi wahana penelitian arkeologi. Ratusan benda peninggalan Kerajaan Majapahit ditemukan di puluhan situs. Benda peninggalan itu berupa bangunan, arca, gerabah, candi, dan petilasan. Situs Trowulan telah ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Guna melestarikan peninggalan budaya itu, maka Pemerintah Kabupaten Mojokerto, dan Provinsi Jawa Timur membangun Rumah Majapahit.

Untuk membangun Rumah Majapahit, diperlukan keamanan yang kondusif di desa-desa sasaran. Ada tiga desa yang terkena dampak yaitu Desa Bejijong, Desa Jatipasar, dan Desa Sentonorejo. Awal pembangunan Rumah Majapahit sempat menuai pro dan kontra dari warga. Akibat ketidaksejalanan itu, pembangunan Rumah Majapahit sempat stagnan.

“Ada isu-isu yang beredar di masyarakat, yaitu rumah yang dibangun menjadi milik pemerintah, keharusan penduduk yang bersangkutan memeluk agama tertentu, pembangunan Rumah Majapahit didanai pihak asing, dan alokasi bantuan keuangan tunai pemeliharaan Rumah Majapahit mencapai Rp 7 – 10 juta per tahun,” tutur Nadiya selaku anggota tim.

Singkat cerita, masyarakat akhirnya bersedia berpartisipasi dalam pembangunan Rumah Majapahit setelah mendapatkan penjelasan dari pihak Pemprov Jatim dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan.

Berdasarkan penelitian tim, pembangunan Rumah Majapahit di kawasan Trowulan ternyata bermanfaat bagi pembangunan rumah, pagar, gapura, pertokoan yang bernuansa arsitektur Majapahit. “Kondisi ini cukup menggembirakan dan membanggakan karena arsitektur Majapahit masih disukai masyarakat. Itu berarti gaung dan langkah pelestarian budaya Majapahit di bidang arsitektur dan bangunan mendapatkan jalan untuk terus dilakukan dan ditingkatkan,” tutur Leny.

Saat ini, perkembangan pembangunan yang bernuansa Majapahit di Trowulan semakin terlihat. Tiga desa sasaran, khususnya Desa Bejijong, banyak mendapatkan kunjungan wisatawan baik hanya sekadar melihat bagaimana wujud Rumah Majapahit. Masyarakat pemilik Rumah Majapahit sebagian mengembangkan rumahnya untuk berjualan souvenir atau oleh-oleh dan hasil kerajinan. Beberapa rumah diantaranya digunakan sebagai warung dengan nuansa Majapahit dan sebagian kecil yang digunakan sebagai homestay.

Penulis: Defrina Sukma S.