UNAIR NEWS – Airlangga Hijrah (ARAH) mengadakan kegiatan kajian dengan tema Grinding Pahala di Bulan Ramadan pada Minggu (9/4/2023). Kajian di akhir Ramadan itu dilaksanakan di Masjid Nuruzzaman Kampus Dharmawangsa-B UNAIR bersama Ustaz Aditya Abdurrahman.
Nabila Pramesta Sari sebagai Ketua ARAH menyampaikan bahwa tujuan diadakannya kajian ini adalah mengajak anak muda untuk mengenal Islam lebih jauh dengan cara yang santai dan menyenangkan. Selain itu, ARAH juga menjadi wadah bagi generasi muda muslim UNAIR dalam proses mengenal Islam lebih dalam.
Kejar Amalan di Akhir Ramadan
Ustaz Aditya Abdurrahman mengatakan bahwa kita harus memperbanyak amalan dan mengurangi banyak rebahan di bulan Ramadan ini. Tidak terasa sudah menginjak hari ke-18 di bulan penuh mulia ini dan sebentar lagi akan menuju hari ke-10 terakhir. Seharusnya, semakin mendekati akhir dari Ramadan, semakin maksimal ibadah kita.
Ada dua tipe mindset orang dalam memandang bulan Ramadan. Pertama adalah orang yang memandang Ramadan adalah sesuatu yang berat sehingga saat Idulfitri tiba, dia merasa bebas. Kedua adalah orang yang memandang Ramadan adalah sesuatu yang langka sehingga dia merasa akan sedih dan berharap pada Ramadan selanjutnya.
“Harusnya mindset yang betul itu mindset kedua. Jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu di bulan Ramadan. Perbaiki yang kurang,” ujar ustaz Aditya.
Founder Better Youth itu menyampaikan bahwa hambatan manusia itu terletak pada diri sendiri. Seseorang harus memiliki keinginan kuat dalam memperbaiki hal-hal yang kurang di bulan Ramadan. Untuk itu, seseorang harus dapat memaksakan diri dalam membentuk pribadi yang lebih baik.
“Dalam konteks meninggalkan maksiat, itu harus terbiasa memaksa diri. Semakin keras memaksanya, semakin baik dalam membentuk diri yang lebih baik,” ucap ustaz Aditya.
Berbagai Amalan
Terdapat satu nasihat dari ulama mengenai amalan yang dapat dikerjakan di bulan suci ini. Amalan pertama adalah amalan individu, yaitu amalan yang dapat dikerjakan sendiri, seperti shalat tarawih, tahajud, dhuha, tadarus, dan lain-lain. Namun, amalan ini rentan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pahala karena keterbatasan individu seperti merasa malas.
Amalan kedua adalah amalan sosial, yaitu amalan yang mengajak orang lain untuk beramal saleh. Salah satu amalannya adalah melakukan infaq sehingga ini dapat melengkapi amalan individu. “Punyalah target untuk mengajak orang lain untuk beramal (infaq),” seru ustaz Aditya.
Selain itu, seseorang harus beramal dengan maksimal, artinya benar-benar sampai pada batas seseorang tidak mampu melakukannya kembali. Orang banyak yang keliru maksud dari ‘maksimal’ ini, yaitu ketika mengerjakan amalan sebentar saja, seseorang sudah merasa lelah sehingga merasa sudah maksimal.
Ketika seseorang telah melakukan amalan semaksimal mungkin, dia akan merasa memperoleh kemenangan yang luar biasa ketika mendekati waktu Idulfitri. Dia akan merasa hatinya sedih karena telah kehilangan Ramadan.
“Orang itu kalau udah totalitas berjuang dalam Ramadan, dia merasa kurang totalitas karena saat di akhir Ramadan dia akan merasakan kesedihan yang luar biasa,” tutup Founder Better Youth itu. (*)
Penulis: Muhammad Fachrizal Hamdani
Editor: Binti Q. Masruroh