UNAIR NEWS – Di kehidupan sehari-hari, seseorang tidak hanya akan merasakan emosi positif namun juga emosi negatif. Kita tentu tidak asing dengan emosi-emosi seperti marah, sedih, kecewa, takut, bingung dan emosi-emosi lain yang tidak nyaman untuk kita rasakan. Namun, tidak jarang kita akan menolak berbagai emosi negatif tersebut.
“Ketika kita melabeli emosi negatif, kita cenderung mengabaikan dan nggak peduli dengan emosi-emosi (negatif, Red) yang ada,” jelas Zahrah Muhammad MPsi Psikolog pada webinar bertajuk “The Art of Catharsis: Releasing Negative Emotions in a Positive Way,” Jumat (22/7/2022). Menurut Zahrah, banyak dari kita yang memiliki pemikiran bahwa kita harus selalu kuat dan tidak boleh merasakan emosi-emosi negatif. Padahal, ini adalah anggapan yang sangat tidak tepat.
Mengingat kecenderungan manusia untuk menolak emosi negatif, Zahrah menegaskan pentingnya seseorang untuk dapat mengelola dan menyalurkan emosi negatif yang mereka rasakan. “Jadi, ketika emosi-emosi yang nggak nyaman itu kita rasakan terus-menerus dari waktu ke waktu suatu saat akan menumpuk di dalam diri kita dan rasanya itu sesak bahkan akan terasa penuh,” tegas psikolog klinis di Humanika Psychology Center ini.
Pada webinar yang diselenggarakan oleh Airlangga Safe Space (ASAP), sebuah platform edukasi kesehatan mental yang dikelola oleh Dept. Branding BEM KM Psikologi UNAIR ini, Zahrah menyarankan salah satu teknik untuk mengelola emosi negatif yaitu catharsis. “Catharsis adalah proses penyaluran emosi untuk meredakan konflik tidak disadari dengan cara yang adaptif,” terangnya.
Tujuan dari catharsis ini adalah mendapatkan perasaan lega ketika kita sudah menyalurkan emosi-emosi tidak nyaman yang kita rasakan. Catharsis dapat dilakukan sesimpel seperti menceritakan permasalahan kita kepada teman dekat. Dengan menceritakan permasalahan kita kepada orang terdekat, akan membantu kita dalam menghadapi permasalahan yang kita hadapi.
“Kalau kita ceritain ke orang lain itu lebih nyaman, lebih enteng aja. Jadi beban itu nggak dipegang sendiri. Ternyata dengan mengeluarkan itu rasanya lebih enteng,” ungkap Zahrah.
Selain itu, catharsis dapat pula dilakukan dengan ‘make some noise’ yakni mengeluarkan emosi-emosi yang tidak nyaman dengan membuat suara yang kencang. Zahrah mencontohkan aktivitas-aktivitas seperti berteriak atau bernyanyi dengan keras sebagai salah satu cara mengelola emosi negatif.
“Teman-teman bisa nih teriak di bantal. Kan kalau di luar kamar mungkin bakal disangka aneh ya sama anggota keluarga. Bisa juga dengan bernyanyi yang keras di dalam mobil atau karaoke bersama teman-teman,” pungkas Zahrah.
Penulis: Agnes Ikandani
Editor: Nuri Hermawan