Universitas Airlangga Official Website

Mengenal dan Belajar Mengolah Tanaman Antikanker dalam Kelas Online Taman Husada Graha Family

Dr Wiwied Ekasari, MSi Apt dalam penjelasannya mengenai tanaman antikanker.

UNAIR NEWS – Taman Husada Graha Family, kebun konservasi terluas di Surabaya yang tengah berkolaborasi dengan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga mengadakan kelas online ke-18 pada Sabtu (25/2/2023). Mengusung tema Sehat dengan Taman Sekitar, diskusi ini dibawakan oleh dua pemateri, yakni Dwi Kusuma Wahyuni MSi PhD dan Dr Wiwied Ekasari M Si Apt.

Diskusi lebih fokus pada tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengobatan untuk penyakit kanker. Wiwied mendeskripsikan kanker sebagai sel yang tumbuh secara abnormal dan dapat menyebar ke sel lain.

“Berbeda dengan tumor. Kalau tumor, tumbuh abnormalnya hanya di sel lokal saja, tidak sampai menginvasi sel lain,” ujarnya.

Dwi menyebutkan beberapa tanaman dalam pengobatan kanker yang juga terdapat di Taman Husada Graha Family. “Ada banyak, ya. Ada kunyit, mengkudu, sirsak, tapak dara, sirih merah, dan lain sebagainya,” ujar dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi itu.

Selain tanaman yang disebutkan oleh Dwi, Wiwied juga menambahkan beberapa tanaman lain yang telah teruji dalam penelitian hewan coba, seperti sambiloto, temulawak, kunyit putih, dan jamur maitake.

Kalau mengkudu itu sudah ada penelitian kliniknya, jadi diberikan kepada pasien yang benar-benar mengalami kanker, dengan kanker yang bermacam-macam. Mereka diberi 6-8 gram ekstrak mengkudu dan hasilnya lebih baik daripada penderita kanker yang tidak diberi treatment ini,” ringkasnya.

Karena juga memiliki sifat antiangiogenik, mengkudu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru akibat sel kanker. Eksisnya, lanjut Wiwied, buah mengkudu akan dipilih yang warnanya sudah mendekati kekuningan, tapi tidak sampai putih, kemudian diolah dengan cara dibuat jus, dan langsung dapat dikonsumsi.

“Pengolahan sambiloto, temulawak, kunyit itu termasuk mudah karena tinggal direbus. Untuk sambiloto bisa menggunakan daunnya, sedangkan temulawak dan kunyit menggunakan irisan rimpangnya. Jika merasa kurang enak, tinggal ditambah madu sedikit,” saran dosen Fakultas Farmasi UNAIR tersebut.

Wiwied juga menyarankan untuk konsumsi olahan tanaman herbal ini dilakukan pada waktu perut kosong sehingga penyerapan zat-zat aktifnya dapat lebih maksimal karena tidak ada intervensi dari faktor lain, yakni makanan.

“Kuncinya jika mengonsumsi obat-obatan herbal adalah istikamah. Jadi harus sabar, terus dilakukan, tidak hanya pada waktu-waktu tertentu saja,” tutupnya. (*)

Penulis: Leivina Ariani Sugiharto Putri

Editor  : Binti Q. Masruroh