Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, saponin dan terpenoid. Flavonoid memiliki beberapa manfaat, termasuk sifat antikanker, antioksidan, antiinflamasi, dan antivirus. Tanin berkhasiat sebagai antioksidan dan antibakteri3. Saponin memiliki kemampuan sebagai antimikroba, sedangkan terpenoid mampu menghambat aktivitas Escherecia coli dan Staphylococcus aureus. Kendala dalam aplikasi ekstrak tumbuhan adalah kelarutannya yang rendah di saluran pencernaan sehingga penyerapannya dalam plasma darah rendah. Untuk mengoptimalkan efek obat herbal, perlu dikembangkan formulasi yang dapat meningkatkan kelarutan, stabilitas, bioavailabilitas dan sistem yang berfokus pada efektivitas aplikasi.
Penggunaan nanopartikel sebagai pembawa obat dan sistem penghantaran obat telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Ukuran partikel yang kecil memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan sistem pembawa konvensional: stabilitas yang lebih tinggi terhadap agregasi dan pemisahan gravitasi; kejelasan optik yang lebih tinggi; dan peningkatan bioavailabilitas. Berkurangnya ukuran partikel menyebabkan agen bioaktif mudah diserap, mampu menembus lapisan lendir, atau diserap langsung oleh sel. Oleh karena itu, dalam penelitian yang dilakukan Sabdoningrum et all (2021) meninjau karakteristik nanopartikel ekstrak meniran (Phyllanthus niruri Linn.) metode ball mill. Metode top-down milling. Ball mill diputar pada kecepatan 1000 rpm. Karakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Karakterisasi menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Pada karakterisasi ukuran partikel dengan PSA, spesimen dilarutkan dalam 3 ml etanol. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung dengan ketinggian larutan maksimum 15 mm. Kemudian distribusi diameter spesimen diukur menggunakan VASCO Nano Particle Analyzer. Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan metode Dynamic Light Scattering (DLS) menggunakan Zetasizer Nano ZS (Malvern Instruments).
Pada karakterisasi morfologi dengan SEM, serbuk ekstrak meniran nano ditempelkan pada bagian ujung menggunakan double tape. Serbuk dikondisikan menjadi konduktif listrik dengan lapisan tipis sinar platinum dari lapisan selama 30 detik pada tekanan di bawah 2 Pa dan kekuatan arus 30 mA. Foto diambil pada tegangan elektron 10 kV pada perbesaran yang diinginkan.
Hasil Uji Particle Size Analyzer (PSA) terhadap produksi nanopartikel ekstrak meniran (Phyllanthus niruri Linn) menggunakan metode ball milling pada 1000 rpm terlihat menghasilkan rata-rata 192,6 nm nanopartikel ekstrak meniran. Karakterisasi yang dilakukan dengan PSA menunjukkan sampel dengan ukuran nano. Nanopartikel adalah partikel koloid padat dengan diameter 1-1000 nm. Nanopartikel yang disintesis dari bahan polimer atau makromolekul umumnya memiliki ukuran berkisar antara 1 sampai 1000 nm. Ukuran partikel nano yang dibutuhkan dalam sistem penghantaran obat adalah 50-300 nm. Ukuran partikel memainkan peran penting dalam menentukan distribusi dan pelepasan obat, kemampuan menargetkan sistem nanopartikel, dan toksisitas. Sintesis nanopartikel dengan metode top-down dilakukan dengan cara milling. Sintesis nanopartikel dengan menggiling berbagai elemen dalam atmosfer inert menggunakan penggilingan dan anil. Metode top-down diketahui memiliki keunggulan metode yang efisien dan pembentukan fasa pada suhu rendah.
Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan bahwa dari keseluruhan produksi nanopartikel, terlihat beberapa nanopartikel sudah berukuran nano. Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah metode penelitian struktur permukaan sampel. Instrumen ini memberikan kedalaman bidang yang besar, yaitu area sampel dapat dilihat dalam fokus yang cukup besar. SEM memiliki keunggulan rentang perbesaran yang relatif lebar. Gambar-gambar yang dihasilkan oleh alat ini muncul dalam bentuk tiga dimensi, sehingga lebih menarik bagi mata manusia dan memudahkan peneliti untuk menganalisisnya. Scanning Electron Microscopy (SEM) memberikan informasi permukaan rinci dengan menelusuri sampel dalam pola raster dengan berkas elektron. Pola hamburan yang diciptakan oleh interaksi sampel dengan berkas elektron menghasilkan informasi tentang ukuran, bentuk, tekstur, dan komposisi sampel. Hasil SEM nanopartikel ekstrak meniran (Phyllanthus niruri Linn) menunjukkan morfologi amorf dan adanya aglomerasi pada perlakuan penggilingan memiliki morfologi ukuran partikel yang kecil.
Keuntungan menggunakan nanopartikel: ukuran terkontrol, distribusi ukuran sempit, selektivitas dan presisi. Kemampuan antibakteri nanopartikel dipengaruhi oleh karakteristik fisik nanomaterial seperti ukuran, bentuk, dan sifat permukaan. Rasio luas permukaan terhadap volume meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel sehingga nanopartikel memiliki kemampuan antibakteri yang lebih kuat. Semakin kecil ukuran nanopartikel, semakin besar efek antimikroba.
Penulis :Â Emy Koestanti Sabdoningrum
Judul : Characterization and Phytochemical Screening of Meniran (Phyllanthus niruri Linn) Extract’s Nanoparticles Used Ball Mill Method ( Emy Koestanti Sabdoningrum*, Sri Hidanah, Sri Chusniati, Soeharsono)
Jurnal : Pharmacogn J. 2021; 13(6)Suppl: 1568-1572 A Multifaceted Journal in the field of Natural Products and Pharmacognosy
Informasi lebih lengkap mengenai artikel tersebut bisa akses link berikut ini: http://www.phcogj.com/v13/i6