Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Kedokteran Okupasi dan Prospek Kerjanya

(Dari kiri ke kanan) bincang bersama dr Izzatul Abadiyah SpOk dipandu moderator Dr Sulistiawati dr MKes (Foto: SS Youtube)

UNAIR NEWS – Berbagai bidang spesialisasi kedokteran saat ini terus mengalami perkembangan, salah satunya spesialis kedokteran okupasi. Kendati begitu, banyak diantara kita yang masih belum mengenal kedokteran okupasi. Lantas, apa saja bidang pelayanan, kompetensi, dan prospek kerja kedokteran okupasi?

Dalam siaran Youtube DOKTER UNAIR TV, hadir dr Izzatul Abadiyah SpOk, yang merupakan alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR). Ia menjelaskan bahwa kedokteran okupasi adalah bidang spesialisasi kedokteran yang memberikan penanganan kesehatan pada pekerja baik secara fisik, mental, maupun sosial. Upaya tersebut mencakup promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.

“Kedokteran okupasi berkaitan dengan komunitas atau individu pekerja dan lingkungan kerja. Fokusnya meningkatkan kesehatan pekerja, melakukan pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, serta mempertahankan agar pekerja dapat tetap produktif,” kata dr Izza, Jumat (14/6/2023).

Kompetensi Dokter Spesialis Okupasi

Alumnus angkatan 2002 itu menyebut, ada 5 kompetensi utama dan 18 kompetensi penunjang bagi dokter spesialis okupasi. Berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 90 Tahun 2020 tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, sebagai berikut:

  1. Melakukan penegakan diagnosis penyakit akibat kerja dan tatalaksana penanganannya secara komprehensif;
  2. Menentukan penilaian kelayakan kerja bagi pekerja dengan kondisi medis tertentu akibat sakit atau pasca kecelakaan;
  3. Mengevaluasi program return to work atau kapan pekerja dapat kembali bekerja dengan aman;
  4. Melakukan penilaian kecacatan dan perhitungan persentase kecacatan akibat penyakit atau kecelakaan kerja; serta
  5. Surveilans medis terhadap komunitas pekerja seperti medical check up (MCU) yang ditanggung oleh perusahaan berdasarkan pada risiko pekerjaannya.

Selain itu, beberapa kompetensi penunjang kedokteran okupasi menurut dr Izza adalah merancang dan melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja (medical check up) secara berkala. Berikutnya, menyusun rekomendasi program kesehatan kerja yang tepat bagi suatu perusahaan dari hasil analisis surveilans.

Prospek Karir

Ia menyebut, jumlah dokter spesialis okupasi di Indonesia saat ini hanya 200 orang. Padahal, penduduk usia kerja mencapai 65 persen dari total 277 juta penduduk pada tahun 2023. Sementara, perkembangan dunia industri yang pesat mendorong kebutuhan akan kedokteran okupasi semakin meningkat.

Lanjut dr Izza, dokter okupasi umumnya bekerja di rumah sakit, perusahaan baik negeri atau swasta, dan klinik perusahaan. “Sekarang hampir semua rumah sakit memiliki dokter spesialis okupasi. Kami ditempatkan di MCU Center, poli okupasi, bahkan terlibat dalam keselamatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit,” ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit PHC itu.

Maka dalam rangka memperingati HUT Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI) ke-25, dr Izza mengharapkan adanya peningkatan jumlah dokter spesialis okupasi. Baginya, kedokteran okupasi merupakan ilmu yang menarik sebab memadukan keterampilan medis dan okupasi.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan