Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Lebih Jauh Konsep Kehidupan dalam Agama Buddha

Nico Tri Sulistyo Budi, Ketua Vihara Dharma Bhakti Sidoarjo, pada gelaran webinar “Buah Sang Buddha Gautama: Sepak Terjal Pencarian Makna Hidup. (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Agama Buddha menjadi salah satu agama resmi di Indonesia bersama dengan Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Konghucu, dan Aliran Kepercayaan. Berdasarkan data dari Kementerian Agama RI, jumlah penganut Buddha di Indonesia mencapai 2.062.150 penganut, menjadikan agama ini menduduki urutan kelima agama yang paling banyak dianut di Indonesia.

Dalam agama Buddha, terdapat beberapa konsep terkait dengan kehidupan. Salah satunya terkait dengan proses lahirnya kita sebagai seorang manusia. Dalam perspektif agama Buddha, lahirnya kita sebagai manusia adalah suatu proses yang dianggap susah. Ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Nico Tri Sulistyo Budi, penyuluh agama Buddha di Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

“Kehidupan sebagai manusia ini berada di tengah-tengah antara alam bahagia dalam alam penderitaan. Jika kita tidak dapat menerima kondisi kita pada saat ini, kita akan menderita. Tetapi, kalau kita bisa menerima kondisi kita, kita bisa merealisasikan kebahagiaan,” jelasnya pada webinar bertajuk “Buah Sang Buddha Gautama: Sepak Terjal Pencarian Makna Hidup,” Kamis (19/5/2022).

Pada gelaran yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga ini, Nico juga menerangkan adanya konsep Buddhis bahwa kehidupan ini bersifat saling bergantung. “Jika hari ini kita menderita, itu ada kemungkinan buah karma dari kehidupan kita di masa lampau. Ada konsep karma di agama Buddha tapi itu tidak bisa dijadikan patokan,” ujarnya.

Karma, terang Nico, merupakan sesuatu yang dibentuk oleh diri kita sendiri. Menurutnya, karma adalah perbuatan dan tidak selalu buruk. “Perbuatan baik itu juga ada karma baiknya,” tegas Ketua Vihara Dharma Bhakti Sidoarjo ini. 

Dalam konsep Buddhis, sambungnya, kehidupan yang sekarang ini masih ada buah karma pada kehidupan di masa lampau. Kehidupan di masa depan pun, lanjutnya, juga akan dipengaruhi karma dari kehidupan di masa lampau dan masa kini.

“Satu lagi konsep utama dalam agama Buddha yakni terkait dengan kesadaran. Hal ini sebagaimana makna dari Buddha itu sendiri yang berarti orang yang sadar. Agama Buddha adalah agama yang mengajarkan kesadaran. Tidak ada aturan dalam agama Buddha yang mewajibkan untuk berbuat sesuatu,” ungkap Nico.

Pada akhir, ia mengatakan bahwa dengan konsep akan kesadaran ini, kehidupan manusia akan jauh lebih mudah. Tanpa kesadaran, manusia tidak akan mampu menyadari sumber penderitaan mereka. “Konsep agama Buddha dalam memaknai kehidupan adalah kita harus sadar bahwa apa yang kita lakukan akan berdampak kepada kita entah kapanpun itu bahkan di kehidupan yang akan datang,” pungkas Nico.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan