Universitas Airlangga Official Website

Mengenal Triase, Sistem Pemilahan Pasien pada Kondisi Gawat Darurat

Randy Yusuf Pratama Putra S Kep Ns, perawat pelaksana IGD RSUA, pada webinar bertajuk “Pelayanan Gawat Darurat di FASKES I, Siapa Takut?”. (Foto: SS YouTube)

UNAIR NEWS – Dalam kondisi gawat darurat, terkadang tidak semua pasien akan mendapatkan pertolongan sesegera mungkin. Beberapa pertimbangan seperti kondisi fasilitas kesehatan, jumlah tenaga kesehatan (nakes), serta tingkat keparahan pasien menjadikan perlunya skala prioritas dalam pemberian pertolongan pada pasien gawat darurat. Di sinilah Sistem Triase memegang peran penting dalam membantu nakes mengambil keputusan di tengah situasi gawat darurat.

Sistem Triase merupakan cara pemilahan penderita korban gawat darurat berdasarkan skala prioritas yang didasarkan kepada kebutuhan terapi korban dan sumber daya yang tersedia. Pasien akan digolongkan berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisinya guna mendapatkan perawatan yang tepat dan optimal.

“Kebutuhan terapi setiap korban didasarkan pada penilaian kondisi ABCD (Airway, Breathing, Circulation, dan Disability) di mana penilaian tersebut akan menggambarkan derajat keparahan kondisi korban,” papar Randy Yusuf Pratama Putra S Kep Ns pada webinar bertajuk “Pelayanan Gawat Darurat di FASKES I, Siapa Takut?” Sabtu (11/6/2022).

Pada webinar yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) itu, Randy menjelaskan bahwa Sistem Triase dapat dilakukan baik di rumah sakit maupun di lapangan. “Sistem Triase dapat digunakan untuk kegawatdaruratan sehari-hari serta dapat diekskalasikan untuk musibah masal dan bencana,” tutur perawat pelaksana di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUA ini.

Di kondisi sehari-hari, Sistem Triase dapat digunakan untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin bagi setiap pasien. Sedangkan, dalam kondisi bencana, sistem ini dapat digunakan untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif bagi pasien dalam jumlah banyak.

Berdasarkan Sistem Triase, pada kondisi normal, korban atau pasien dengan kondisi paling parah akan ditolong terlebih dahulu dengan semua sarana yang ada. “Tapi, untuk keadaan bencana, korban paling ringan ditolong lebih dulu dengan cara seminimal mungkin sedangkan korban paling parah ditolong belakangan,” jelas Randy.

Ia pun menjelaskan bahwa kunci utama Triase terletak pada komunikasi baik verbal maupun non verbal, negosiasi, presentasi, persuasi, dan kemampuan mendengarkan. “Jadi, bagaimana kita berkomunikasi dengan pasien karena kita bekerja di pelayanan jadi kita memberikan pelayanan yang prima,” tegas Randy.

Yang juga tidak kalah penting dari Sistem Triase ini, menurut Randy, adalah kemampuan dalam mendengarkan keluhan pasien. “Jangan sampai pasien belum selesai bicara kita langsung potong. Mungkin (mendengarkan, red) akan memakan waktu lama, tapi itu akan melegakan pasien dan keluarganya,” pungkas Randy.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan