Universitas Airlangga Official Website

Mengenang Karya I Kuntara dalam Sastra Jawa Kuno

Dosen FIB UNAIR Dr Abimardha Kurniawan dalam Diskusi Naskah Nusantara bersama Perpusnas (Tangkapan Layar YouTube WBS Radio Perpusnas)

UNAIR NEWSPerpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) mengadakan kegiatan Diskusi Naskah Nusantara pada Rabu (26/7/2023). Diskusi tersebut menghadirkan salah satu Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Dr Abimardha Kurniawan. Topik yang diangkat mengenai Satu Dasawarsa Berpulangnya Ignatius Kuntara Wiryamartana.

I Kuntara Wiryamartana atau dikenal Romo Kuntoro merupakan salah satu pakar Sastra Jawa Kuno yang telah berpulang sepuluh tahun lalu tepatnya pada 26 Juli 2013.  Ia merupakan salah satu tonggak yang membuka penelitian tentang naskah Jawa Kuno khususnya dari Merapi Merbabu. Salah satu karya monumentalnya berjudul Arjuna Wiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuno Lewat Teks Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Hasil karya itu merupakan sebuah benih kebajikan yang harus terus dilestarikan.

“Ketika melakukan kajian Jawa Kuno terutama dalam filologi, membuat sebuah edisi teks selalu berkiblat ke Bali. Namun Romo Kuntoro bersama Willem van der Molen dan Kartika Setyawati adalah sedikit orang yang berani melawan arus itu dan membuat filologi mempunyai spektrum yang lebih luas,” ujar Dr Abimardha.

Miliki Khas

Arjuna Wiwaha karya Romo Kuntoro ini merupakan naskah yang menjadi temuan penting terutama dalam sangkut pautnya dengan koleksi naskah Merapi Merbabu. Tradisi teks Jawa Kuno yang berasal dari Merapi Merbabu memiliki khas tersendiri.

Romo Kuntoro menemukan bahwa ada ‘sisipan’ satu bait pada naskah Melayu-Polinesia nomor 165 setelah bait 1.8, serta menjadi penanda khas teks Arjuna Wiwaha dari lingkungan Merapi Merbabu. Sejak teks ini terbit semakin mengukuhkan posisi naskah Merapi-Merbabu sebagai penghubung dalam pewarisan khasanah Sastra Jawa Kuno dalam tradisi Jawa.

“Ada satu hal penting yang menjadi catatan, bahwa apa yang selama ini dianggap sebagai kakografi (KBBI: tulisan yang sulit dibaca) itu bisa memicu kreativitas, penafsiran, dan arah pandang teks,” tutur dosen FIB UNAIR itu.

Romo Kuntoro juga merupakan sosok yang dekat dengan Willem van der Molen. Keduanya memiliki perbedaan terutama dalam fokus kajian. Satu hal yang menjadi sumbangan Willem adalah bibliografi analytics (menganalisis naskah secara kodikologis)yang menjadi pendekatan peting dalam kajian filologi jawa terutama menempatkan naskah sebagai artefak. Romo Kuntoro lebih fokus pada transformasi atau rentang sejarah yang lebih luas dan panjang. Sebab, meliputi tradisi Merapi Merbabu hingga abad ke 19.

Dr Abimardha juga menjelaskan bahwa transformasi teks Jawa Kuno membentuk sebuah jaringan tekstual yang luas. Teks Jawa Kuno tidak berhenti, mati, atau stagnan tapi terus bertransformasi hingga menjangkau wilayah yang cukup luas. Kajian terhadap naskah Merapi Merbabu ini perlu untuk diteruskan sesuai minat dan kemampuan masing-masing. Hal ini merupakan tugas bersama untuk menjaga warisan ilmu dari Romo Kuntoro. (*)

Penulis : Nova Dwi Pamungkas

Editor : Binti Q Masruroh