Universitas Airlangga Official Website

Mengetahui Dampak Stres bagi Ibu Hamil dan Janin

Gambar ilustrasi (Sumber: liputan6com)

UNAIR NEWS – Selain kesehatan secara fisik, menjaga kesehatan psikis juga sangat penting bagi seseorang, tak terkecuali ibu hamil. Ada beberapa penyebab stres pada ibu hamil seperti sumber daya rendah, kondisi pekerjaan tidak stabil, tanggung jawab dalam keluarga, ketegangan dalam hubungan pernikahan, dan komplikasi kehamilan.  

Dr Lestari Sudaryanti dr MKes yang merupakan dosen Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) menjelaskan bahwa ibu hamil yang stres akan membahayakan janin dan kondisi ibu.

“Stres dapat mengakibatkan peningkatan kortisol, norepinefrin, dan peradangan yang akan berakibat pada kesehatan ibu dan janin,” terangnya.  Kortisol dan norepinefrin adalah hormon alami yang dihasilkan oleh tubuh ketika seseorang sedang mengalami kondisi tertentu, salah satunya saat tertekan.

Dampak Stres pada Ibu Hamil

Ibu hamil yang stres akan meningkatkan risiko melahirkan dalam keadaan prematur lebih besar. “Ibu hamil stres memiliki risiko 25 hingga 60 persen lebih besar untuk melahirkan prematur,” katanya. Selain kedua hal tersebut, ada dampak lain yang dapat terjadi pada ibu hamil yang stres, yaitu preeklampsia dan diabetes gestasional.

Preeklampsia merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urin pada usia kehamilan ibu lebih dari 20 minggu. Sedangkan diabetes gestasional adalah diabetes yang berlangsung saat kehamilan ibu hingga proses persalinan.

Dampak Stres pada Janin

Selain berdampak buruk pada ibu, stres turut memberikan dampak kepada janin. Dampak tersebut ialah risiko Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), peningkatan risiko kelainan jantung bawaan, maupun risiko anak dengan autisme.

Dr Lestari Sudaryanti dr MKes dosen Program Studi Kebidanan FK UNAIR saat menyampaikan materi.

“Jika kortisol ibu meningkat maka kortisol janin juga meningkat yang akan mempengaruhi fungsi bagian tertentu pada otak. Hal ini yang akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya,” jelas Lestari.

Pertumbuhan plasenta menjadi terhambat ketika ibu hamil mengalami stres. Pada kondisi stres yang berat maka tubuh akan produksi kortisol secara berlebihan. “Produksi kortisol yang berlebihan dalam tubuh akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan plasenta. Akibatnya plasenta pada ibu hamil yang stres akan lebih kecil ukurannya dibanding ibu hamil sehat,” tuturnya. Seperti yang diketahui bahwa plasenta berfungsi untuk menyuplai oksigen dan nutrisi kepada janin serta membuang sisa metabolisme yang tidak dibutuhkan oleh janin.

Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga utamanya suami menjadi komponen penting pada kehamilan ibu agar kondisi stres bisa dicegah. Masyarakat juga harus turut serta untuk menciptakan kondisi lingkungan yang ramah akan ibu hamil baik secara fisik atau psikis.

Materi ini disampaikan pada seminar kesehatan dalam memperingati hari ibu dan ulang tahun emas IKA UNAIR. Seminar ini merupakan hasil kolaborasi antara IKA UNAIR Gresik dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Gresik yang dilaksanakan pada Sabtu (24/12/2022). (*)

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Binti Q. Masruroh