Universitas Airlangga Official Website

Menghargai Pasangan sebagai Kunci Keharmonisan Rumah Tangga

Ustadz Multazam Muslih MPdI memberi kajian pranikah terkait keharmonisan rumah tangga. (Foto: Elsa Hertria Putri)
Ustadz Multazam Muslih MPdI memberi kajian pranikah terkait keharmonisan rumah tangga. (Foto: Elsa Hertria Putri)

UNAIR NEWS – Masjid Ulul Azmi rutin Universitas Airlangga menggelar kajian pranikah untuk mempersiapkan kehidupan rumah tangga yang harmonis pada Selasa (7/5/2024). Ustadz Multazam Muslih MPdI membahas tentang menghargai pasangan sebagai kunci keharmonisan rumah tangga. 

Multazam memulai kajian dengan mendefinisikan arti menghargai. Menghargai bermakna sebagai penilaian positif atas suatu tindakan. Multazam mengakui bahwa sangat sulit untuk memberi penilaian positif kepada tindakan buruk. Namun, ia menuturkan bahwa tidak semua tindakan yang terlihat buruk merupakan tindakan yang benar-benar buruk. 

“Manusia itu sering salah menilai. Sesuatu yang terlihat buruk belum tentu memang buruk, ya. Bisa saja suatu hal tersebut justru bermakna positif apabila dilihat dari sisi yang lain,” ujarnya.

Terkait hal tersebut, Multazam menceritakan salah satu kisah Rasulullah SAW bersama istrinya, Aisyah. Suatu hari Aisyah menyajikan hidangan untuk Rasulullah. Namun, rasa hidangan tersebut sedikit asin. Rasulullah tetap menghargai dan tidak mencela Aisyah. Beliau mampu menangkap sisi positif dari istrinya, yaitu kesediaan untuk menghidangkan makanan.

Dari contoh tersebut, Multazam menjelaskan bahwa sisi positif pasangan mungkin tidak selalu muncul secara langsung. Bisa saja bersembunyi di balik suatu tindakan tertentu. Oleh karena itu, penting untuk senantiasa mengenali dan menggali sisi positif pasangan. Upaya tersebut akan memudahkan kita dalam saling menghargai.

Meski demikian, Multazam menyatakan bahwa masih banyak pasangan yang kesulitan untuk saling menghargai. Salah satu penyebabnya adalah karena tidak saling memahami perasaan dan kegiatan masing-masing. 

“Seorang suami terkadang terlalu menggampangkan aktivitas rumah tangga istri. Padahal seharian istri melakukan banyak aktivitas mulai dari membersihkan rumah, mencuci baju, mencuci piring, mengurus anak, dan lain sebagainya. Belum lagi jika sang istri bekerja. Jadi, bukan masalah yang besar jika masakannya sedikit lebih asin,” ujar Multazam yang kemudian menjelaskan sisi sebaliknya.

Selanjutnya, Multazam memberi kunci keharmonisan rumah tangga, yaitu hubungan yang bersifat timbal balik. Selain mencoba mengenali aktivitas pasangan, proses saling menghargai akan lebih mudah jika tidak ada perasaan yang tersembunyi. Menyatakan perasaan atau keluhan kepada pasangan dapat menjadi proses timbal balik yang berguna untuk evaluasi.

“Mungkin ini lebih sering terjadi pada lelaki ya. Lelaki terkadang menutupi perasaannya agar terlihat tegar. Padahal dengan mengomunikasikan perasaan, seperti lelah, pusing, atau lainnya, itu membantu pasangan untuk memahami dan menghargai kondisi kita,” kata Multazam.

Ia menekankan bahwa menyatakan perasaan  tersebut akan lebih baik daripada memberikan emosi negatif atas tindakan pasangan yang kurang sesuai. Daripada marah, Multazam menyarankan untuk mengkomunikasikan penyebab kemarahan tersebut dengan bahasa yang baik.

Sebaliknya, suatu pasangan juga harus saling berlapang dada, bersabar, dan mendengarkan dengan saksama. Multazam menyatakan bahwa tidak boleh terburu-buru dalam memberikan reaksi atas respon atau tindakan pasangan. Melainkan harus berempati dan memahami perasaannya. Dengan berperilaku demikian, keharmonisan rumah tangga akan terjaga.

Penulis: Elsa Hertria Putri

Editor: Khafti Al Mawalia