UNAIR NEWS – Kajian Aksi dan Strategis Himpunan Departemen Mahasiswa (HMD) Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar webinar yang bertajuk “Citayam Fashion Week: Merebut Simbol Kota yang Elit” melalui zoom meeting. Webinar tersebut hadir atas viralnya kegiatan Citayam Fashion Week yang dilakukan oleh anak-anak muda Jakarta di sekitar Dukuh Atas.
Kemunculan Kultur Kawula Muda Jakarta
Kemunculan Kultur Kawula Muda Jakarta
Dalam kesempatan itu, Habi Sjarif selaku pemateri pertama menjelaskan tentang kultur pergaulan kawula muda Jakarta yang dimulai pada tahun 1967. Menurutnya, kemunculan itu tidak lepas dari kondisi pasca-Soekarno Lengser dan bermulanya Orde Baru yang ditandai oleh hadirnya UU PMA No 1 tahun 1967. Sehingga memicu perubahan kondisi di masyarakat Indonesia, terutama Jakarta.
“Investasi asing yang masuk (ke Indonesia, Red) saat itu juga berpengaruh pada kebudayaan asing yang masuk ke negara kita. Khususnya kebudayaan Eropa dan Amerika. Kenapa masuknya pada masa Orde Baru? Karena, budaya barat dilarang pada masa kepemimpinan Soekarno,” ujar Mahasiswa Ilmu Sejarah itu, Jumat (22/7/2022).
Dampak tersebut, lanjut Habi, mengubah Jakarta yang banyak membangun gedung-gedung tinggi akibat modernisasi, termasuk mengubah anak muda sekolah menengah maupun yang berada di bangku perkuliahan. Perubahan itu membuat anak muda Jakarta menemukan cara baru untuk mengekspresikan diri mereka yang lebih berbeda dari sebelumnya ke dalam berbagai bentuk.
Dan juga, westernisasi juga mewarnai proses keudayaan tersebut. Fenomena disko, pakaian bermerk luar negeri, film, dan musik barat merupakan sebagian contohnya. Kawula muda pada awal 70 hingga 80-an sangat mengadopsi konstruksi budaya barat, sehingga menimbulkan apa yang disebut Anak Gaul Jakarta.
“Sebutan tersebut erat kaitannya dengan narasi elitis dekade 70 hingga 80-an hingga saat ini,” tegasnya.
Terkait kondisi Jakarta hari ini, Habi mengungkapkan tidak jauh berbeda dengan pola pergaulan pada masa lalu, namun yang menjadi perbedaan itu adalah munculnya sebutan anak jaksel, senoparty, SCBD (Sudirman Central Business District) yang erat dengan budaya elit.
Merebut Simbol Kota yang Elit
Sementara itu, pemateri kedua, yakni Alfian Widi mengungkapkan bahwa fenomena Citayam Fashion Week (CFW) merupakan upaya merebut simbol kota yang dianggap elit. Karena, ada upaya-upaya melakukan dan mencari ruang publik yang dilakukan oleh kawula muda yang berada di kalangan menengah kebawah di perkotaan.
“Karena, sebagian besar kawula muda dari Citayam, Depok, dan Bojong Gede akan selalu nongkrong di wilayah Sudirman, tempat digelarnya CFW,” ujarnya
Hal ini juga yang menandai kurangnya perhatian pemerintah setempat untuk memberikan ruang publik terhadap masyarakat, khususnya kawula muda di sekitar CBD agar dapat berekspresi sesuai keinginan mereka. Sehingga Widi mengungkapkan bahwa Sudirman menjadi kiblat muda-mudi setempat sehingga mau tidak mau, kawula CBD akhirnya mengikuti budaya itu.
Ruang publik di Sudirman pada akhirnya menjadi perebutan ruang kota karena saat ini dikuasai oleh masyarakat pinggiran, atau suburban. Dan, hal tersebut merupakan upaya untuk menghancurkan hegemoni ibukota, yang mana dianggap sebagai budaya elit dan hanya diperuntukkan untuk kalangan menengah keatas saja.
Penulis: Affan Fauzan
Editor: Feri Fenoria