UNAIR NEWS – Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) dikabarkan akan mulai menjual produk headset realitas campurannya, yaitu Apple Vision Pro pada awal Februari 2024. Kabar itu menegaskan maksud Apple pada pertengahan 2023 yang menyebutkan bakal merilis produk itu pada awal tahun depan. Keberadaan produk itu telah menarik perhatian banyak pihak.
Menurut Dosen Sistem Informasi Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Alifian Sukma SKom MKom, Apple Vision Pro dengan teknologi spatial computing yang diusungnya telah menarik perhatian tidak hanya dari para penggemar loyal Apple. Perhatian juga memantik konsumen dengan kebutuhan mobilitas dan produktivitas tinggi. Terutama mereka yang berada dalam industri hiburan.
“Apple Vision Pro merupakan wearable device yang menjanjikan peningkatan produktivitas yang cukup menggiurkan bagi penggunanya. Terutama dengan integrasi yang seamless dengan seluruh ekosistem perangkat Apple,” ujarnya.
Inovasi sebagai Kunci
Alifian menyoroti inovasi sebagai kunci keberhasilan dalam persaingan dengan merek lain. Apple Vision Pro mungkin saat ini menjadi pilihan utama di pasar wearable device untuk meningkatkan produktivitas. Itu masih harus menjadi tantangan dalam menghadapi pesaing. Meskipun Apple memiliki keunggulan dalam ekosistemnya yang terintegrasi dengan baik, perusahaan lain seperti Huawei telah lebih dulu memasuki segmen tersebut. Respons dari merek pesaing akan menjadi kunci dalam menentukan keberhasilan Apple Vision Pro di pasaran.

“Respons dari kompetitor lain akan menentukan arah pasar dalam hal penerimaan dan pengembangan teknologi ini,” ungkapnya.
Infrastruktur dan Adopsi Teknologi di Pasar Global
Ia juga mengatakan, ketertarikan masyarakat terhadap Apple Vision Pro akan dipengaruhi oleh infrastruktur teknologi yang ada di lingkungan mereka. Di tempat dengan layanan internet yang kuat dan infrastruktur yang baik, minat untuk mencoba produk itu mungkin lebih tinggi. Namun, di negara seperti Indonesia, masih ada keraguan terkait adopsi massal terhadap teknologi ini, terutama karena kestabilan infrastruktur teknologi yang masih menjadi tantangan.
“Di lingkungan dengan infrastruktur yang baik, seperti negara-negara maju, minat untuk mencoba teknologi ini mungkin lebih tinggi. Namun, di Indonesia, saya belum yakin akan tingkat adopsi yang tinggi,” kata Alifian.
Dengan peluncuran Apple Vision Pro, pasar teknologi akan semakin diperkaya dengan opsi baru dalam kategori wearable device. Sementara Apple dapat mengandalkan basis penggemar yang kuat, tantangan sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk menarik perhatian konsumen di luar lingkaran penggemar loyalnya dan menavigasi persaingan yang semakin ketat di pasar teknologi yang terus berkembang.
Penulis: Rosali Elvira Nurdiansyarani
Editor: Feri Fenoria
Baca juga:
Cina Buat Baterai Nuklir Tahan 50 Tahun, Begini kata Dosen Rekayasa Nanoteknologi UNAIR
Kisah Angga Iryanto Pratama Internship sebagai Data Analyst di PT IlmuKomputerCom Braindevs Sistema