UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu, media sosial ramai dengan isu fatherless. Hal itu buntut dari hasil riset yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga negara fatherless di dunia. Lantas, apa itu fenomena fatherless dan sejauh mana dampaknya bagi perkembangan anak?
Menurut Wardah Roudhotina SPsi MPsi Psikolog, psikolog Bara Duta Karangasem, mengatakan fatherless juga dikenal dengan istilah father hunger. Artinya, peran figur ayah dalam proses pengasuhan yang minim atau bahkan tidak ada, baik secara fisik maupun psikologis.
“Fatherless kembali menjadi perbincangan di masyarakat karena muncul fatherless behaviours yaitu perilaku memberontak di media sosial untuk menunjukkan bahwa anak tidak mendapatkan atau memiliki figur ayah,” ujar Wardah dalam webinar Airlangga Safe Space oleh BEM KM Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Minggu (25/6/2023).
Penyebab
Wardah mengungkap ada beberapa penyebab ketiadaan peran figur ayah dalam kehidupan anak. Di antaranya kehilangan ayah akibat meninggal dunia, pola asuh yang otoriter atau permisif, perceraian orang tua, dan pekerjaan yang merenggangkan hubungan antara ayah dan anak.
Ia mengatakan, keterlibatan peran ayah bagi perkembangan anak sangat penting. Hal itu berkaitan dengan peran ayah sebagai penyedia dan pemberi fasilitas, pelindung, membantu dalam pengambilan keputusan, membimbing anak untuk bersosialisasi, serta mendampingi ibu dalam pengasuhan.
Dampak
Lanjut Wardah, anak yang tidak mendapatkan peran figur ayah umumnya mengalami permasalahan psikologis hingga perilaku. Seperti halnya, kepercayaan diri rendah, kebingungan, dan kemampuan pengambilan risiko yang rendah. Dampak tersebut semakin parah apabila anak telah kehilangan sosok ayah sejak usia dini.
“Selain fatherless mempengaruhi tahap perkembangan anak, kekosongan peran ayah juga menimbulkan kebingungan anak terhadap peran gender. Khususnya, saat anak memasuki usia tiga sampai enam tahun, yang mana mereka mulai mengidentifikasi kesamaan diri dengan orang tua,” tuturnya.
Solusi
Psikolog klinis itu memberikan tips untuk mengatasi hilangnya peran figur ayah. Pertama, bagi ayah yang tidak hadir secara fisik, maka ibu dapat mengenalkan konsep keluarga selain ayah, ibu, dan anak. Selanjutnya, melibatkan keluarga atau orang terdekat sebagai pengganti sosok ayah, menentukan pola pengasuhan yang tepat, serta menciptakan lingkungan positif.
Kedua, sambung Wardah, solusi bagi anak yang tidak mendapatkan peran figur ayah secara psikologis bisa diawali membangun koneksi dengan diri sendiri. Selain itu, memperkuat hubungan dengan anggota keluarga lain, mencari bantuan profesional bila perlu, melibatkan diri pada lingkungan positif, dan mencari sumber pendukung.
Pada akhir, dirinya berpesan agar anak selalu waspada ketika mencari sumber dukungan sosial. “Jangan sampai situasi tersebut dimanfaatkan oleh orang lain. Sebab yang terpenting adalah bagaimana memulihkan kekosongan emosional anak fatherless sehingga ia tetap berdaya,” pungkas Wardah. (*)
Penulis: Sela Septi Dwi Arista
Editor: Nuri Hermawan