UNAIR NEWS – Sejak dinyatakan sebagai pandemi, wabah Covid-19 telah berdampak ke segala lini. Industri kreatif sebagai salah satu bidang yang paling terdampak, mengakibatkan kelesuan secara finansial. Ketua Peminatan S2 Industri Kreatif, IGAK Satrya Wibawa SSos MCA PhD menyebutkan, meski lesu secara finansial, banyak kreasi inovasi yang akhirnya dihasilkan industri kreatif lewat keterbatasan pandemi.
Menyongsong endemi yang ditandai oleh kebijakan lepas masker, Igak meyakini bahwa seluruh bidang termasuk industri kreatif, akan berangsur bangkit dari keterpurukan selama dua tahun ini.
“Industri kreatif merupakan lini pertama yang terkena pukulan secara finansial, tapi kami juga percaya bahwa industri inilah yang akan pertama bangkit dari persoalan itu,” lanjutnya.
Pada Airlangga Forum yang berlangsung Jumat (20/5/2022), Igak menyebut bahwa makna Hari Kebangkitan Nasional tahun ini bukan hanya sebagai momentum kebangkitan bangsa, namun juga kebangkitan kita sebagai manusia.
“Pandemi menempatkan kita dan masyarakat dunia di titik terendah. Kita dilarang untuk berkumpul, bersosialisasi, bersentuhan, dan berwisata, dimana itu semua merupakan kebutuhan dasar kita sebagai manusia. Untuk itu, momen kebangkitan nasional tidak hanya diperingati sebagai kebangkitan bangsa, namun juga kebangkitan kita sebagai manusia,” jelasnya.
Industri kreatif yang bertumpu pada sumber daya pikiran manusia pun diharap bangkit dan menjadi daya ungkit untuk semua. “Jika dipandang dari segi ekonomi kreatif, industri memiliki daya ungkit ekonomi tidak hanya pada pelaku, namun juga masyarakat sekitarnya,” sebut pengampu mata kuliah Visual Culture and Creative Arts ini.
Ia menambahkan, keragaman budaya di Indonesia menjadi modal kuat dalam industri kreatif. Budaya dan turunannya dapat menjadi komoditas industri yang memiliki nilai jual tinggi.
Belajar dari pandemi, produk yang umumnya dijual sesuai tujuan awal, rupanya dapat menghasilkan nilai guna lainnya. “Contohnya masker yang setelah pandemi tidak hanya digunakan sebagai alat kesehatan namun juga merambah ke bidang kosmetik dan gaya berbusana,” contohnya.
Sehingga pada akhirnya, yang dibutuhkan dalam mengoptimalkan potensi industri kreatif di Indonesia adalah bagaimana kita sebagai sumber daya manusia dapat melihat modal yang tersedia dari banyak perspektif. (*)
Penulis : Stefanny Elly
Editor : Binti Q. Masruroh