UNAIR NEWS – Kesehatan menjadi salah satu sektor paling terdampak pandemi Covid-19. Untuk itu, pemerintah telah melakukan transformasi sebagai upaya untuk memulihkan sektor ini. Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Ir Budi Gunadi Sadikin menyampaikan langsung pernyatan itu dalam 2nd International Conference on Infectious and Tropical Disease (ICITD) 2023 in Conjunction with Clinical Microbiology Continuing Medical Education (CM-CME). Konferensi itu merupakan gelaran besutan Lembaga Penyakit Tropik Universitas Airlangga (UNAIR).
“Tentunya pemerintah telah berbenah, ya. Kami merancang transformasi kesehatan dengan enam pilar dan itu sudah kami desain,” ujar Budi, Sabtu (18/11/2023), di Auditorium Majapahit, ASEEC Tower, Kampus Dharmawangsa-B UNAIR.
Enam Pilar
Dalam transformasi kesehatan, Menkes Budi menyebut terdapat enam pilar. Keenamnya terdiri dari transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan teknologi kesehatan.
Enam pilar itu akan terimplementasi dalam beberapa tindakan, misalnya surveillance atau pengawasan. Pengawasan ini berfungsi untuk membantu mendeteksi keberadaan patogen baru mulai dari level dasar, yakni puskesmas.
“Tentu saja kami sudah mendesain, salah satunya ada surveillance. Oleh karena itu, pemerintah tahun depan sudah dapat grant khusus untuk membangun jaringan public health laboratory untuk mendeteksi patogen baru mulai dari level puskesmas,” terangnya.
Menkes Budi juga menyebut vaksin serta teknologi pengembangannya sebagai salah satu strategi transformasi kesehatan. Adanya potensi pandemi yang muncul di masa depan memerlukan penelitian dan pengembangan vaksin sejak dini. Pemerintah juga akan meningkatkan pengembangan alat diagnosis dan obat-obatan, termasuk juga pusat bioteknologi untuk mempercepat deteksi patogen.
“Kami akan meningkatkan penelitian dan pengembangan juga untuk alat diagnosis dan obat-obatan. Kami sekarang juga sedang membangun Centre of Biotechnology supaya nanti kalau ada patogen baru kami bisa langsung mendeteksi,” ungkapnya.
Peran Universitas
Lebih lanjut, Menkes Budi menilai bahwa dalam pemulihan pandemi Covid-19, pemerintah tidak bekerja sendirian. Akan tetapi, dalam hal ini pemerintah juga melibatkan perguruan tinggi, termasuk UNAIR. UNAIR, kata dia, berkontribusi besar dalam pembuatan vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19.
Melihat kontribusi itu, Menkes Budi memandang bahwa UNAIR memiliki potensi untuk terlibat langsung dalam pengembangan lainnya. “UNAIR kan sudah maju kan dengan vaksinnya. Nah, saya pengin lebih banyak lagi. Selain vaksin, kami juga butuh pendukung lain seperti alat, reagen, dan sebagainya,” papar Menkes Budi.
Pada akhir, Menkes Budi berpesan pada UNAIR untuk terus mengembangkan penelitian melalui kerja sama disiplin ilmu. Tidak hanya penelitian, ia juga berharap UNAIR bersama perguruan tinggi lain dapat mengembangkan inovasi hingga tahap hilirisasi sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat secara langsung.
“UNAIR bisa bekerja sama dengan perusahaan farmasi misalnya untuk memproduksi obat-obatan kalau nanti misal ada patogen baru. Saya rasa kemampuan penelitiannya sudah ada, mungkin nanti perlu multidisiplin ilmu untuk memperkuat. Harapan saya kalau bisa tidak hanya masuk ke penelitian tapi juga ke realisasi di masyarakat,” tegasnya.
Penulis: Yulia Rohmawati
Editor: Feri Fenoria