UNAIR NEWS – Masih dalam rangkaian acara Dies Natalis Universitas Airlangga (UNAIR) ke-65, salah satu rangkaian acaranya adalah Sidang Universitas. Sidang Universitas dilaksanakan pada Senin (11/11/2019) di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Kampus C UNAIR. Acara tampak istimewa dengan hadirnya Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., MUP., Ph.D. sebagai Menteri Riset dan Teknologi Badan Riset Teknologi Inovasi Nasional.
Sebelum prosesi sidang, Prof. Bambang berkesempatan memberikan sambutan. Menurutnya, UNAIR telah ikut serta dan berkontribusi dalam perkembangan riset dan inovasi untuk mendukung pembangunan nasional.
“Saya mengapresiasi perkembangan dari UNAIR yang telah berkontribusi melahirkan ratusan ribu sarjana serta menghasilkan riset dan inovasi untuk mendukung pembangunan nasional dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang,” ujar Prof. Bambang.
Pada kesempatan itu pula, Prof. Bambang menyampaikan bahwa Indonesia saat ini telah masuk dalam Ekonomi G20, tetapi menurutnya, Indonesia masih merupakan negara yang berstatus Middle Income Economy dengan Gross Domestic Product (GDP) yang masih rendah diantara negara-negara G20 lainnya.
“Tingkat daya saing kita dalam indeks daya saing global hanya pada rangking ke-50 sedangkan dalam indeks inovasi global dirangking 86, dan indeks pengembangan manusia hanya dirangking 116,” ucap laki-laki yang baru saja dilantik menjadi Menristek tersebut.
Prof. Bambang juga menginginkan pada tahun 2045 Indonesia sebagai negara dengan kategori pendapatan tinggi dan masuk dalam lima besar GDP terbesar di dunia. Menurutnya, hal itu dapat diwujudkan dengan cara membangun Indonesia yang adaptif, kompetitif, inovatif, dan produktif melalui penguatan ecosystem research dan inovasi khususnya di perguruan tinggi.
Dia menambahkan, Indonesia memiliki kekayaan yang sangat signifikan yang belum dikelola dan dimanfaatkan. Diperlukan perubahan paradigma untuk kedepan dengan SDM yang unggul, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengubah paradigma ekonomi Indonesia dari Resource-Based Economy menjadi Inovation-Based Economy.
“Satu hal yang sangat penting ialah menerapkan konsep ekonomi berbasis inovasi yang pada intinya adalah memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengelola dan melaksanakan sektor-sektor produksi nasional, inovasi harus dilakukan melalui sinergi antar stakeholder nasional yaitu akademisi, bisnis, dan pemerintah,” ujarnya.
Kemudian, Prof. Bambang juga menjelaskan perlunya riset dan inovasi di bidang kesehatan. Obat dan alat kesehatan merupakan produk utama yang memiliki regulasi ketat. Tenaga terampil yang tersertifikasi dapat digunakan langsung oleh masyarakat. Sehingga, tanpa riset dan inovasi, industri farmasi dan alat kesehatan akan tertinggal dan lupuk.
Prof. Bambang juga menghargai UNAIR yang telah melahirkan berbagai produk riset dan inovasi yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Produk dengan pengembangan riset dan inovasi tersebut memerlukan waktu yang panjang dan tidak mudah, yaitu berupa inovasi Stem Cell dan kapsul dari cangkang rumput laut.
“Dari sini kita membuktikan bahwa kita mampu untuk mengembangkan dan memproduksi sendiri obat-obatan dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat,” tutupnya (*)
Penulis: Febrian Tito Zakaria Muchtar
Editor: Binti Q. Masruroh