UNAIR NEWS – Euforia Lebaran tahun ini tampaknya tidak hanya dijadikan ajang bermaaf-maafan dan silaturahmi, tetapi juga rekreasi dan membangun persahabatan. Bagi seseorang yang tidak merayakan Idulfitri di kampung halaman, tahun ini menjadi kesempatan untuk merayakan Ramadan di kota bahkan negara lain.
Tim redaksi Universitas Airlangga (UNAIR) NEWS berkesempatan mengobrol dengan Mona Al-Hadi, salah seorang mahasiswa pascasarjana UNAIR asal Yaman. Libur lebaran lalu, Mona merayakannya di Indonesia karena rasa penasaran akan atmosfer Idulfitri di sini. Gadis tersebut baru saja tiba dari Yaman tiga bulan yang lalu untuk menempuh studi lanjut di Indonesia.
“Ramadan di Yaman itu luar biasa. Seakan Anda tidak mau pengalaman itu berakhir,” tuturnya ketika ditanya mengenai suasana bulan puasa di negara asalnya.
Salah satu makanan yang tidak boleh ketinggalan pada saat berbuka di Yaman, kata mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi tersebut, adalah shafoot yang terbuat dari roti (lahoh) dan susu atau yogurt. Mona juga menyebutkan beberapa kuliner khas Yaman lain seperti rawani (kue telur), bint al-sahn (roti dengan saus madu), samosa (lumpia dengan isian daging dan sayur), atau mahalabia (puding susu).
Bagi Mona, Yaman memiliki tradisi Ramadan yang unik dan hangat. Mona menyebutkan momen Ya nafs ma tishtahi yang diadakan di Yaman beberapa hari sebelum Ramadan berlangsung. Dalam acara itu keluarga dan kerabat berkumpul dengan membawa beragam makanan dan minuman lalu saling bercengkrama. Sementara itu budaya silaturahmi, memberikan uang fitrah, hingga membeli pakaian dan kue lebaran yang ditemui di Indonesia juga terasa erat di Yaman.
Libur Lebaran Bersama Komunitas Yaman
Meski tidak menghabiskan waktu libur lebaran bersama keluarga, perempuan berjilbab tersebut tidak merasa kesepian. Bersama dengan komunitas mahasiswa Yaman dan kerabat di Indonesia, Mona merayakan Idulfitri dan lebaran di Kota Surabaya dan Malang. Kegiatan yang mereka lakukan salah satunya menanam mangrove dari pagi hingga sore hari.
Tak lupa, Mona bersama mahasiswa lain berpiknik dengan membawa bekal makanan khas Yaman dan melakukan tur dengan perahu. Untuk menciptakan atmosfer layaknya berada di Yaman, terkadang mereka memutar lagu-lagu khas Yaman dan menari bersama. Mona sudah menganggap komunitasnya sebagai keluarga sendiri.
“Meski kami berasal dari berbagai kota di Yaman, tetapi dalam hati kami tersatukan sebagai keluarga besar Yaman di Indonesia. Hari itu tidak akan terlupakan,” kenangnya.
Usai liburan lebaran ini, Mona menantikan adanya pertemuan langsung dengan dosen dan mahasiswa pascasarjana lainnya. Hal ini memberikan kesempatan baginya untuk berbagi ide dan melakukan aktivitas bersama. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh