Universitas Airlangga Official Website

NCT Batch 2 Tingkatkan Pemahaman Jurnalistik dan Konten Media Sosial

UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar Workshop News and Content Training (NCT) batch 2 pada Rabu (30/8/2023). Acara besutan Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP) UNAIR itu menggandeng dua narasumber kondang. Mereka adalah Erwin Darianto, Redaktur Pelaksana detik.com, dan Rizka Zaitun selaku founder Hopps Ahensi.

Hilda Yunita Sabrie, SH, MH, selaku Koordinator Humas PKIP UNAIR dalam sambutannya menuturkan, NCT merupakan salah satu acara primadona dari PKIP. Sejak digelar pada Februari 2023 lalu, NCT sukses menggaet ratusan peserta mahasiswa dari berbagai jenjang semester.

“Acara ini merupakan acara primadona PKIP. Banyak sekali yang ingin bergabung. Hal itu menandakan minat teman-teman untuk belajar jurnalistik dan pembuatan konten tentunya,” ujar Hilda tentang NCT Batch 2.

Kode Etik Jurnalistik dan Tantangan Digital

Dalam memproduksi berita, kode etik jurnalistik menjadi salah satu aspek yang penting diperhatikan. Karena itu, lewat NCT ini, PKIP UNAIR menghadirkan Erwin Dariyanto untuk berbagi ilmu dan pengalaman soal kode etik jurnalistik.

Erwin dalam pemaparannya menuturkan, kode etik jurnalistik adalah sebuah batasan etika profesi jurnalis ketika sedang menulis maupun melakukan wawancara dalam produksi berita.

“Di dalam pelaksanaanya, kode etik jurnalistik ini bergantung pada hati nurani masing-masing jurnalis,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Erwin mengatakan bahwa setiap jurnalis harus memahami pentingnya etika jurnalistik. Lantaran, etika jurnalistik menjadi salah satu indikator kepercayaan publik terhadap jurnalis secara individu maupun media massa.

“Kenapa kita perlu ada kode etik? Karena dengan kode etik kita bisa menjaga kepercayaan publik sehingga tercipta integritas baik untuk pribadi sebagai jurnalis maupun sebagai media massa,” tutur alumnus Teknik Sipil UNS itu.

Kendati demikian, Erwin mengimbau para jurnalis pemula untuk sigap dalam menghadapi dunia digital. Pasalnya, era digital memunculkan tantangan baru seperti halnya tergerusnya media cetak oleh media online, hingga masifnya kemunculan berita bohong.

“Tantangan pers di era digital yaitu ketika muncul media sosial. Karena media online menggerus media cetak. Apalagi kalau kita berkaca di tahun 2014 era pemilihan presiden,” ungkap Erwin.

Optimalisasi Dunia Digital

Sementara itu, narasumber kedua, Rizkia Zaitun memaparkan tentang optimalisasi media sosial di era digital. Sebagai langkah awal, perlu diketahui terlebih dulu audiens media sosial di Indonesia. 

Ia mengatakan, saat ini masyarakat Indonesia menjadikan TikTok sebagai salah satu media sosial paling ramai diminati. Selain itu, menyusul media sosial lainnya seperti Facebook dan Instagram.

“Gara-gara sosial media, orang Indonesia disebut-sebut sebagai pengguna TikTok tertinggi kedua di dunia. Lalu Facebook pengguna tertinggi ketiga di dunia, dan pengguna Instagram terbesar di Asia Pasifik,” ungkap Rizka.

Tingginya aktivitas masyarakat Indonesia di media sosial tersebut menjadi potensi besar untuk bertukar informasi secara cepat. Terlebih, era digital menuntut adanya kebutuhan akan berita yang selalu up to date setiap harinya.

“Sekarang ini kebutuhan akan berita yg selalu up to date. Media saingannya bukan hanya media tetapi juga jurnalis dadakan, asal viral asal banyak komentar banyak like,” kata Rizka. 

Pada akhir, alumnus Universitas Padjajaran itu mengatakan, untuk mengoptimalkan media sosial maka langkah yang paling penting adalah memulai. 

“Yang penting mulai aja dulu. Caranya bisa dengan membentuk tim sosial media management, menentukan tujuan pembuatan akun media sosial, membentuk social media account’s personality, membentuk umberella message, dan meramu konten kreatif,” ucap Rizka.

Penulis: Yulia Rohmawati

Editor: Binti Q. Masruroh