Universitas Airlangga Official Website

Optimalisasi Peran Novel Biomaterial Resin Komposit Bulk Fill

Ilustrasi oleh news medical net

Resin komposit merupakan bahan tumpatan yang paling popular digunakan hingga saat ini. Kemudahan dalam penggunaan, estetik yang baik karena dapat menyerupai warna gigi asli dengan pilihan warna yang beragam dan juga indikasi yang luas. Namun, resin komposit memiliki beberapa kekurangan, seperti penyusutan karena proses polimerisasi dengan cahaya yang bisa berakibat kebocoran tepi tumpatan.

Tumpatan komposit gigi belakang (geraham) yang besar memiliki tingkat kegagalan, kejadian karies sekunder, dan frekuensi penggantian tumpatan yang lebih tinggi. Salah satu penyebab terbanyak (sekitar 73.9%) kerusakan tumpatan komposit adalah karies sekunder. Karies sekunder didefinisikan sebagai karies pada permukaan gigi yang berkontak dengan bahan tumpatan. Karies sekunder dapat ditemukan pada permukaan enamel sekitar bahan tumpatan atau meluas di sepanjang tepinya. Penyebabnya bisa berasal dari kebocoran tepi yang muncul dari adaptasi tepi tumpatan yang kurang baik karena penyusutan bahan sehingga menyebabkan sensitivitas gigi pasca penumpatan dan masuk bakteri Streptococcus mutans. Penyusutan akibat polimerisasi dengan cahaya akan bersaing dengan kekuatan pelekatan komposit dengan struktur gigi kemudian menyebabkan lepasnya ikatan antara komposit dengan struktur gigi sehingga terbentuklah celah di tepi tumpatan. Celah tersebut dapat menjadi jalan masuk bagi bakteri dan akhirnya berkembang menjadi karies sekunder.

Pada restorasi langsung kavitas yang dalam terdapat tiga tantangan utama, yaitu keterbatasan kedalaman masuknya sinar “curing” yang menyebabkan terbatasnya ketebalan penempatan komposit, penyusutan akibat reaksi pengerasan, dan pembuatan daerah kontak dengan gigi di sebelahnya. Ketika komposit ditempatkan lebih dalam daripada rekomendasi pabrik maka polimerisasinya tidakakan maksimal. Hal ini juga akan menyebabkan penyusutan bahan lebih besar dan meningkatkan risiko terjadinya karies sekunder.

Resin Komposit Bulk Fill dan Teknik Layering Inkremental

Saat ini, hampir semua resin komposit yang tersedia di pasaran memiliki sifat dasar penyusutan bahan akibat komposisi berbahan dasar metakrilat. Berbagai modifikasi teknik diteliti untuk menghindari kebocoran tepi akibat penyusutan tersebut. Salah satunya adalah teknik polimerisasi dengan penyinaran ganda (incremental curing) yang dapat menghasilkan kebocoran tepi yang lebih kecil dibandingkan dengan penyinaran tunggal pada resin komposit konvensional.

Perkembangan material kedokteran gigi telah melahirkan komposit metakrilat bulk fill yang semakin popular karena memiliki beberapa sifat tertentu, yaitu konsistensi yang baik, elastisitas yang baik, penyusutan yang lebih kecil, dan memungkinkan masuknya sinar kedalam bahan sampai dengan kedalaman 4 mm.

Komposit bulk fill memiliki komposisi filler (bahan pengisi) yang lebih tinggi (fraksi massa filler 60.7 – 85.3%) dengan ukuran partikel bervariasi dari 0.04- 3 mikrometer sehingga beberapa penelitian mengklasifikasikannya sebagai komposit nano hibrid. Penyusutan pada resin komposit bulk fill dapat dikurangi karena penambahan bahan khusus.

Terdapat dua jenis komposit bulk fill yaitu non packable (Surefil SDR Flow, Dentsply Caulk; HyperFIL-DC Parkell; HeraeusKulzer Venus Bulk Fill), dan packable (Ivoclar Vivadent Tetric Evo Ceram Bulk Fill; QuiXX, Dentsply Caulk/ Dentsply International; Filtek Supreme Ultra, 3M ESPE; dan Kerr Sonic Fill).

Komposit bulk fillnon packable ditempatkan pada dasar lubang sebagai basis pengganti dentin dan kemudian di atasnya ditambahkan komposit sebagai pengganti enamel. Sementara itu, komposit bulk fill packable atau juga disebut non flowable memiliki kekuatan yang lebih tinggi, namun adaptasi terhadap dinding lubangnya kurang. Oleh karena itu, perlu ditambahkan komposit yang lebih “encer” atau liner resin ionomer untuk mencapai adaptasi dengan dinding lubang yang lebih baik.

Penelitian ini menggunakan teknik in vitro dengan gigi premolar yang telah dibur sedalam 4 mm untuk mensimulasikan lubang yang dalam. Kemudian teknik penumpatan dibagi menjadi dua yaitu denganin kremental (2 lapis dengan ketebalan 2 mm per lapisnya) dan bulk fill(1 lapis dengan ketebalan 4 mm). Kebocoran tepi diperiksa dengan metilen biru, Penetrasi metilen biru pada dinding kavitas diukur dengan metode skoring. Semakin dalam penetrasi metilen biru maka semakin besar skornya sehingga semakin besar pula penyusutan yang terjadi. Hasilnya penggunaan teknik incremental memiliki skor yang lebih kecil dan secara statistic signifikan dibandingkan dengan teknik bulk fill.

Dalam penelitian ini, penggunaan teknik incremental pada komposit bulk fill packable berhasil meminimalisasi kebocoran tepi tumpatan, maka diharapkan dalam aplikasi praktik kedokteran gigi sehari- hari akan mempermudah penggunaannya dan menghemat waktu dokter gigi dalam merestorasi karena hanya menggunakan satu jenis material. Namun, tentu saja harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi berbagai aspek sebelum diaplikasikan secara klinis, seperti contohnya biokompatibilitas dan sifat fisiknya.

Penulis: Nanik Zubaidah

Informasi detail dari riset dapat dilihat pada: http://www.jidmr.com/journal/wp-content/uploads/2019/07/22_D18_742_Maria_Andisa_Mayangsari_Layout.pdf

Nanik Zubaidah, Maria Andisa Mayangsari, Mochamad Mudjiono (2019). Microleakage Difference between Bulk and Incremental Technique in Bulk Fill Resin Composite Restoration (In Vitro Study). Journal of International Dental and Medical Research 12(2):498-503.