Universitas Airlangga Official Website

Optimalkan Kesehatan Masyarakat, Mahasiswa UNAIR Maksimalkan Program TBC Saat KKN

Cek Kesehatan Program Suluh KKN BBK UNAIR Ke-3 Gedangkulut Gresik (Sumber: Foto Istimewa).

UNAIR NEWS – Optimalkan kesehatan masyarakat, mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) memaksimalkan program suluh tuberculosis (TBC) dan stunting di Desa Gedangkulut, Gresik. Kegiatan tersebut terselenggara dalam serangkaian Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN BBK) UNAIR Ke-3, Minggu (21/01/2024).

“Kami merasa program ini sangat penting melihat saat ini dinas kesehatan juga gencar menuntaskan TBC,” ujar M Ariel Kafilla Shofa, selaku ketua pelaksana kepada UNAIR NEWS, Senin (22/01/2024).

Lebih lanjut Ariel juga menuturkan kelompoknya telah melakukan survei dan koordinasi dengan pemangku serta tim kesehatan desa setempat. Pihaknya memperoleh data bahwa masih banyak kasus TBC dan Stunting yang terjadi di daerah tersebut. 

“Setelah survei dan penelusuran ke masyarakat juga, kita mendapatkan bahwa bapak ibu di sini belum tau dengan jelas mengenai penyakit TBC itu sendiri. Banyak terjadi mispersepsi mengenai kondisi penyakit,” tuturnya.

Dengan begitu, Ariel dan kelompok menyusun satu program utama untuk menuntaskan permasalahan tersebut melalui program suluh. Program itu menyasar kepada seluruh warga desa dengan serangkaian cek kesehatan serta edukasi dini Tuberkulosis dan Stunting. 

“Masyarakat antusias dengan agenda yang kami laksanakan. Terutama cek kesehatan gratisnya yang dihadiri oleh 39 orang yang rata-rata berusia lansia,” imbuhnya.

Pada implementasikan program kerjanya, Ariel dan tim turut memberikan edukasi mengenai TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis.TBC dapat dideteksi menggunakan tes dahak. 

Gejala TBC seperti batuk terus menerus disertai dengan dahak. Penurunan berat badan dan hilangnya nafsu makan. Beberapa kasus juga disertai dengan sesak napas.

“Obat dari TBC hanya dengan mengonsumsi obat anti tuberkulosis yang harus habis seluruhnya saat fase pengobatan kurang lebih enam bulan,” ujar Ariel.

Konsumsi obat TBC sendiri harus secara rutin. Jika terdapat keterlambatan maka akan berpotensi menyebabkan resistensi obat. Resistensi obat tersebut akan mempengaruhi proses pengobatan dengan penggantian jenis obat yang jumlahnya lebih banyak.

Selain program TBC, Ariel dan tim juga memberikan penyuluhan dini mengenai stunting. Hal tersebut menjadi salah satu upaya untuk menekan kasus kurangnya permasalahan gizi pada balita yang masih ada di desa tersebut. 

“Kami memberikan gambaran ringkas mengenai stunting dan hal-hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi serta mencegahnya,” ucapnya.

Ariel menambahkan mengenai permasalahan kurang gizi pada anak itu menyebabkan anak mudah sakit, tumbuh kembang yang terhambat dan kemampuan kognitif yang berkurang.

“Pencegahannya sendiri dapat kita lakukan sedari dini dengan meningkatkan kesehatan dan konsumsi gizi seimbang oleh ibu hamil,” pungkasnya.

Penulis: Rosita

Editor: Nuri Hermawan