Universitas Airlangga Official Website

Pahami Pentingnya Periode Emas bagi Tumbuh Kembang Anak

dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi Sp A MARS pada webinar yang diselenggarakan oleh tim PKL Departemen Ilmu Komunikasi UNAIR, Minggu (15/5/2022). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Periode emas (golden period) merupakan fase terpenting dalam kehidupan anak. Periode ini merupakan fase 2 tahun pertama kehidupan di mana pertumbuhan dan perkembangan menjadi dua faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap fase-fase tumbuh kembang anak selanjutnya. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh dr I Gusti Ayu Nyoman Partiwi Sp A MARS pada webinar bertajuk “Mengoptimalkan Periode Emas Tumbuh Kembang Anak pada 2 Tahun Pertama,” Minggu (15/5/2022).

Pada gelaran yang diselenggarakan oleh tim PKL (Praktik Kerja Lapangan) Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga (UNAIR) ini, dr Tiwi, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya pertumbuhan dan perkembangan dalam periode emas anak. “Yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah penambahan berat badan. Jadi, kalau menyusui nggak hanya program menyusui saja tapi anak itu harus tumbuh. Berat badannya harus kita evaluasi,” papar dr Tiwi.

Ia menjelaskan bahwa kenaikan berat badan anak akan berdampak terhadap tinggi badan mereka. Selanjutnya, hal ini juga berdampak terhadap volume otak anak, yang diterjemahkan sebagai lingkar kepala. Terkait dengan hal ini, dr Tiwi menekankan pentingnya keaktifan orang tua untuk melakukan pengecekan pertumbuhan anak secara rutin di pusat layanan medis terdekat.

Sedangkan perkembangan, menurut dr Tiwi, erat kaitannya dengan usia seorang anak. Perkembangan di sini mencakup aspek penglihatan, pendengaran, gerak, bicara, sosialisasi, perilaku, dan kognitif.

“Bayi baru lahir (sudah dapat) melihat dan mendengar. Ini adalah indra yang pertama kali berfungsi bahkan sejak 20 minggu kehamilan,” terang dr Tiwi. Bayi yang pertama kali lahir, lanjut dr Tiwi, sudah dapat melihat objek warna hitam dan putih di sekeliling mereka.

Terkait dengan gerak bayi, dr Tiwi menyarankan agar para orang tua melatih tengkurap bayi sedini mungkin. Hal ini, menurutnya, efektif menstimulasi otak bayi. “Banyak bayi yang hanya ditelentangkan saja. Kalau ditengkurapin sedikit langsung nangis. Padahal, tengkurap itu bisa dari awal kita latih,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, dr Tiwi juga menerangkan bahwa sekarang ini banyak problem yang dihadapi terkait dengan sosialisasi utamanya pada periode emas anak. Banyak orang tua yang mengeluhkan anak mereka mengalami keterlambatan bicara dan kurangnya fokus akibat terpapar gawai sejak dini.

“Saya mengingatkan, gadget itu sangat toksik bagi otak bayi. Artinya, untuk perkembangan ini sangat tidak baik, nggak ada positifnya, lah,” ungkap dr Tiwi. Ia menjelaskan, dari penelitian yang dilakukan oleh Pediatric Association, ditemukan bahwa penggunaan media digital sama sekali tidak ada gunanya bagi pertumbuhan anak utamanya pada 2 tahun awal kehidupan anak.

Mengenai hal ini, dr Tiwi pun telah melakukan riset pada sekitar 200-300 orang tua di mana hampir keseluruhan dari mereka telah memberi paparan gawai terhadap anak mereka bahkan sejak lahir. “Ini harus kita sadari dan ingatkan bahwa bayi ini belum waktunya bahkan sangat tidak baik dipaparkan oleh gadget,” pungkasnya.

Penulis: Agnes Ikandani

Editor: Nuri Hermawan