Universitas Airlangga Official Website

Pakar Gizi Tanggapi PMT sebagai Kudapan Beda dengan Makanan Pencegah Stunting

Contoh menu makanan untuk anak setelah menjalani posyandu (sumber foto: https://nakita.grid.id)

UNAIR NEWS – Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pencegah stunting di Depok, Jawa Barat sempat menuai kontra dari banyak pihak. Menanggapi permasalahan ini, Pakar Gizi UNAIR Lailatul Muniroh SKM MKes meluruskan pemahaman terkait PMT. Menurutnya PMT tergolong menjadi dua jenis yaitu PMT penyuluhan dan PMT pemulihan. Dia menyebutkan PMT penyuluhan berupa kudapan atau makanan selingan setelah posyandu dan PMT pemulihan tergolong makanan untuk perbaikan gizi pada anak yang mengalami gizi buruk atau stunting.

“Pemberian menu makanan bagi anak stunting berbeda dengan makanan kudapan yang sering petugas posyandu atau puskesmas bagikan setelah timbang. Perbedaan tersebut belum masyarakat awam pahami dengan baik. Oleh karena itu, mereka memahami kudapan sebagai makanan pencegah stunting,” ungkapnya pada Sabtu (9/12/2023).

Lebih lanjut akademisi gizi ini menjelaskan perbedaan kedua jenis PMT. Dia menyebutkan menu makanan untuk anak stunting berupa makanan pokok yang tinggi protein hewani. Untuk masa pemberiannya, tambahnya, minimal tiga bulan.

“Makanan untuk anak stunting identik dengan makanan berat yang berprotein tinggi. Menu makanan ini harus sesuai terhadap standar gizi guna memperbaiki gizi pada anak,” terangnya.

Kemudian Lail memberi penjelasan terkait makanan-makanan yang tergolong hanya sebagai kudapan. Dia menerangkan bahwa kudapan bersifat makanan tambahan yang tidak dapat menggantikan makanan utama.

“PMT penyuluhan ini bukan termasuk makanan utama dalam bentuk makanan pokok, lauk, dan sayur. Prinsip PMT penyuluhan adalah makanan padat gizi berupa makanan selingan yang pengonsumsiannya di antara dua makan utama,” jelasnya.

Untuk mempermudah membedakan makanan stunting dan kudapan, Lail memberikan contoh menu kudapan untuk PMT penyuluhan. Dia menyebutkan macaroni schotel, puding buah, risoles isi daging, martabak telur, dan bubur kacang hijau masuk dalam jenis kudapan. Contoh makanan tersebut menurutnya sudah mengandung padat gizi yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, dan zat gizi mikro berbagai vitamin dan mineral.

Jadwal Pemberian Kudapan

Pemberian kudapan menurut Lail harus menyesuaikan jadwal makan anak. Hal tersebut, lanjutnya, mengurangi risiko anak merasa kenyang sebelum makan-makanan utama.

“Orang tua sebaiknya memberikan makanan tambahan pada anak di antara dua jadwal makan utama. Normalnya pada jam antara sarapan dan makan siang serta antara makan siang dan malam,” sarannya.

Pemberian kudapan pada jam-jam tersebut menurut Lail efektif karena setelah empat jam mengkonsumsi makanan utama maka anak akan merasakan lapar. Untuk menghilangkan kelaparan sebelum jam makan berikutnya, dia menganjurkan memakan kudapan. 

Tidak hanya pengganjal perut, Lail menjelaskan aturan waktu pemberian kudapan menghindarkan anak dari mengantuk dan rasa lemas. Kondisi tubuh tersebut menurut Lail akibat dari kadar gula darah menurun.

“Setelah empat jam glukosa pada tubuh menurun sehingga perlu menaikkannya menjadi normal. Untuk itu anak harus mengonsumsi makanan, tetapi tidak membuat kekenyangan yang berlebih,” pungkasnya.

Penulis: Iratri Puspita

Editor: Nuri Hermawan