Universitas Airlangga Official Website

Pakar Kesehatan Lingkungan UNAIR Soroti Penurunan Kualitas Udara di Berbagai Kota

Ilustrasi kualitas udara. (Sumber: context.id)
Ilustrasi kualitas udara. (Sumber: context.id)

UNAIR NEWS – Polusi udara di Indonesia hingga kini masih menjadi persoalan yang tak kunjung selesai. Bahkan, belakangan ini media sosial ramai dengan keluhan warganet soal memburuknya kualitas udara di sejumlah kota besar. Melansir situs pemantau kualitas udara IQAir, pada Jumat (11/8/2023), Tangerang Selatan menjadi kota dengan kualitas terburuk di Indonesia, dengan indeks kualitas udara mencapai 166. Kemudian, disusul kota lainnya seperti  Bandung, Serang, dan Surabaya.

Dosen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Corie Indria Prasasti SKM MKes menyoroti masalah tersebut. Ia menyayangkan kondisi udara yang semakin memburuk. Padahal, udara bersih adalah komponen vital untuk mendukung keberlangsungan hidup manusia.

Pentingnya Ketersediaan Udara Bersih

Menurut Corie, udara bersih memainkan peranan kunci dalam menjaga kesehatan serta kesejahteraan manusia dan lingkungannya. Udara bersih berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Dengan menghirup udara bersih, manusia akan terhindar dan terlindungi dari berbagai penyakit.

“Udara bersih mengurangi risiko gangguan pernapasan dan penyakit seperti alergi pernapasan, asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Udara bersih juga membantu melindungi kesehatan jantung. Mengingat, polutan udara dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh, memperburuk penyakit jantung, dan meningkatkan risiko serangan jantung,” terangnya.

Tak hanya itu, Corie menambahkan bahwa ketersediaan udara bersih juga penting bagi tumbuh kembang anak. Terlebih lagi, anak-anak dan bayi rentan terhadap efek buruk polusi udara karena sistem pernapasan dan pertumbuhan mereka masih berkembang.

Dampak Polusi Udara

Lebih lanjut, Corie mengungkapkan bahwa buruknya kondisi udara dapat berdampak pada kesehatan manusia maupun lingkungan.

“Terhadap kesehatan manusia, pajanan udara buruk yang mengandung polutan seperti partikel halus (PM 2.5), ozon. NO2, Hidrokarbon, CO2 dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata dan tenggorokan, serta memperburuk alergi pernapasan, asma, dan penyakit jantung,” ujarnya.

Corie Indria Prasasti, SKM, MKes, Dosen FKM UNAIR (Foto: Istimewa)

Bagi lingkungan, kualitas udara yang buruk dapat berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Selain itu, udara buruk juga dapat merusak tanaman dan mengganggu kelangsungan hidup hewan, memicu proses erosi dan degradasi, menyebabkan penurunan kualitas air dan tanah yang berdampak negatif pada ekosistem perairan.

Bagikan Tips

Sebagai bentuk antisipasi, Corie membagikan beberapa tips untuk melindungi agar tetap sehat di tengah kondisi udara yang memburuk. Menurut Corie, langkah penting yang harus dilakukan adalah melakukan pemantauan kualitas udara di lingkungan sekitar. Jika terpaksa melakukan aktivitas di luar saat kualitas udara buruk, maka menggunakan masker adalah suatu kewajiban.

“Melakukan pengecekan indeks kualitas udara yang tersedia di wilayah terdekat untuk mengetahui seberapa buruk kondisi udara di daerah Anda. Jika harus beraktivitas di luar saat kualitas udara buruk, wajib menggunakan masker yang dirancang khusus untuk melindungi pernapasan dari partikel halus,” jelasnya.

Selain itu, ia juga memberi imbauan untuk tetap menjaga kebersihan udara dalam rumah, menggunakan pembersih udara dalam ruangan, mengonsumsi air yang cukup, mengonsumsi makanan mengandung antioksidan, mengurangi paparan asap rokok, serta menghindari lokasi dengan polusi udara tinggi. Semua hal tersebut sebagai upaya mengurangi pajanan polutan yang masuk ke dalam tubuh dan meningkatkan imunitas tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. (*)

Penulis: Yulia Rohmawati

Editor: Binti Q. Masruroh