Universitas Airlangga Official Website

Pakar Media UNAIR Ulas Media Sosial Threads dari Segi Industri Media

Sumber: The New York Times
Sumber: The New York Times

UNAIR NEWS – Saat ini pengguna dunia maya tengah heboh dengan kehadiran media sosial baru rilisan Meta, yaitu Threads. Media sosial yang mampu meraih lebih dari 100 juta pengguna hanya dalam lima hari tersebut, digadang-gadang akan menyaingi media sosial berbasis teks pendahulunya yakni Twitter.

Guru Besar Studi Media Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dra Rachmah Ida MCom PhD memberikan tanggapan atas kemunculan Threads. Ia menyebutkan bahwa persaingan merupakan hal yang wajar dalam industri media. Selain itu, Threads sebenarnya tidak hanya bersaing dengan Twitter, namun juga media sosial yang lain.

“Dalam lingkup ekonomi digital, sebenarnya semua media sosial dibuat bersaing untuk mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Hal ini karena industri digital media sama halnya dengan industri media massa mainstream. Di mana sumber pendapatannya berasal dari pelanggan serta iklan,” jelas dosen UNAIR yang masuk dalam Top 100 Scientist Social Sciences versi AD Scientific Index tersebut.

Potensi Bertahan

Meski awalnya ikut-ikutan mendaftar media sosial baru karena sekedar penasaran, Threads masih memiliki potensi untuk tetap bertahan dalam industri media. Menurut Prof Ida, fakta bahwa Threads merupakan buatan dari salah satu Tech Giant, juga semakin memuluskan jalan Threads untuk bersaing dengan media sosial lain.

Bila melihat secara historikal, media sosial kenamaan seperti Twitter mulai banyak yang berminat karena banyaknya politikus serta pemimpin dunia yang bergabung. “Orang-orang mulai ikut-ikutan masuk ke media sosial itu. Sebab merasa dapat mengikuti dan mengomentari isu global dengan mudah, merasa bagian dari network pemimpin dunia,” sebut profesor kajian media pertama di Indonesia itu.

Interaktivitas di Twitter

Memiliki tampilan serta fitur-fitur yang hampir sama, pengguna Threads bisa jadi menyenangi atau mencari hal-hal yang ada di Twitter. “Kalau ke depannya pengguna menyukai membangun networks seperti di Twitter, maka butuh fitur yang dapat meningkatkan interaktivitas dengan lebih cepat,” sebut dosen FISIP UNAIR itu.

Tak hanya interaktivitas, Twitter memiliki lebih banyak varian platform. Sebut saja fanbase, roleplay, dan anonimitas yang kawula muda gandrungi untuk mengekspresikan diri mereka dengan bebas.

“Namun kembali lagi, sukses atau tidaknya sebuah media sosial terlihat dari bagaimana pengembang media sosial dapat memahami tren yang masyarakat sukai,” ungkap dosen Departemen Komunikasi UNAIR itu. (*)

Penulis : Stefanny Elly

Editor : Binti Q. Masruroh