Universitas Airlangga Official Website

Pakar Pariwisata UNAIR Ungkap Mitigasi Risiko Bencana Harus Disiapkan

UNAIR NEWS – Musibah Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) yang telang hilang saat berenang di Sungai Aare, Bern, Swiss, pada Kamis (26/5/2022) menyisakan duka yang mendalam. Peristiwa itu menjadi perbincangan masyarakat di Indonesia.

Berkaca dengan itu, Pakar Pariwisata UNAIR Novianto Edi Suharno SST PAR MS menyebut wisata di Indonesia harus punya standar mitigasi bencana di tempat wisata. Mengingat, Indonesia memiliki banyak tempat wisata alam yang ekstrim dan berisiko. Baik di sungai, danau, laut, pantai, gunung, maupun waduk.

Menurut Anto, bencana merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya pemicu ancaman atau apapun yang berbahaya atau menimbulkan risiko. “Sehingga kalau kita membicarakan bencana, itu ada bencana alam ada bencana non-alam. Misalkan, gagal teknologi atau wabah penyakit seperti Covid-19. Salah satu bisa dikatakan sebagai bencana non-alam ada juga bencana sosial,” katanya. 

Bencana sosial berasal dari peristiwa yang melibatkan banyak manusia. Misalnya, konflik sosial atau konflik komunitas masyarakat dan teror teroris. Sementara, peristiwa di sungai di Aare Swiss termasuk merupakan kecelakaan atau musibah individu.

“Kalau kita bicara pencegahan, artinya pencegahan terhadap bencana itu sifatnya lebih luas. Terkait alam, misalkan tanah longsor dan sebagainya. Tentu pencegahan di destinasi wisata dengan alur jalan yang menyesuaikan dengan kondisi alam dan juga pemanfaatan tumbuhan untuk mencegah terjadinya bencana alam,” ungkapnya.

Pemandu Wisata

Penting pula adanya pemandu atau lifeguard di setiap wisata ekstrim di Indonesia. Itu juga mendorong adanya pemerataan manfaat di lingkungan sekitar wisata. 

“Kalau di Indonesia, di pantai itu pasti ada beachguard-nya atau penyelamat. Selain itu, di kolam renang ada penjaga kolamnya. Ini yang bertugas untuk memberikan pertolongan pertama atau pun mengingatkan kepada pengunjung. Agar mematuhi atau mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada. Terutama mencegah terjadinya kecelakaan atau musibah kepada wisatawan,” tuturnya. 

Pemahaman Protokol

Anto berpesan wisatawan harus memahami protokol atau standard operasional prosedur (SOP) di seluruh destinasi wisata. Sebenarnya, di tempat wisata, sudah ada petunjuk atau aturan. Pemahaman dan kepatuhan terhadap itu dapat meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan.

“Wisatawan yang mengunjungi destinasi wisata atau tempat wisata apalagi yang sifatnya adalah wisata alam. Yang penting, pahami betul petunjuk untuk melakukan kegiatan,” katanya.

“Karena, petunjuk itu dibuat memang untuk melindungi kita sebagai wisatawan. Karena, apabila terjadi sebuah kecelakaan, dampaknya akan luas terutama terhadap citra destinasi wisata itu sendiri,” pesannya.

Penulis : Ananda Wildhan Wahyu Pratama 

Editor: Feri Fenoria