Universitas Airlangga Official Website

Pakar UNAIR: Bukan Melayu, Bahasa Indonesia Lebih Layak Jadi Bahasa Kedua ASEAN

Ilustrasi: tempo.com

UNAIR NEWS – Pernyataan Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri Yaakob yang mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa kedua ASEAN mendapat penolakan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Indonesia Nadiem Makarim. Menurutnya, hal tersebut perlu pengkajian lebih lanjut. Ia juga menilai bahasa Indonesia lebih layak untuk dipertimbangkan sebagai bahasa kedua ASEAN.

Dosen Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Mochtar Lutfi SS MHum mengaku sepakat dengan pendapat Nadiem Makarim tersebut. Ia mengungkapkan, bahasa Indonesia sudah masuk ke dalam ranah Internasional. Sebab telah diajarkan di 45 negara sejak 2019. 

“Kita punya penduduk lebih dari 267 Juta jiwa. Ini dapat menjadi salah satu kekuatan kita menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua ASEAN,” tuturnya.

Menurut Lutfi, rencana tersebut membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Pemerintah perlu pandai berdiplomasi untuk mewujudkan hal itu. Para ilmuwan juga perlu untuk mengenalkan bahasa Indonesia dengan melakukan publikasi menggunakan bahasa Indonesia. 

“Anak muda juga perlu berkontribusi untuk melestarikan penggunaan bahasa Indonesia dalam aktivitas sehari-hari,” tuturnya

Luthfi juga berpesan kepada Indonesia untuk tidak terhegemoni strategi politik Malaysia yang ingin mendominasi ASEAN dengan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN. Menurutnya, Indonesia perlu mendesain dan merancang strategi tersebut.

“Hanya, terkait bahasa Indonesia atau bahasa Melayu yang akan dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN, ini yang menjadi masalah. Bagaimana caranya agar bahasa tersebut dapat diterima oleh negara-negara anggota ASEAN,” tukasnya.

Dosen Fakultas Ilmu dan Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Mochtar Lutfi SS MHum. (Foto: Dok Pribadi)

Sejarah Bahasa Indonesia
Koordinator Mata Kuliah bahasa Indonesia itu menjelaskan, bahasa Melayu benar menjadi dasar dari bahasa Indonesia. Beberapa alasan bahasa Melayu menjadi dasar bahasa Indonesia ialah bahasanya yang sederhana, suku yang memakai bahasa tersebut berada di daerah lalu lintas pelayaran dan perdagangan.

Namun, Luthfi menegaskan bahwa bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu Indonesia hanya satu dari banyaknya bahasa daerah yang berkembang di Indonesia.

“Walaupun dasarnya bahasa Melayu, tetapi perkembangannya mengakomodasi 718 bahasa lain (bahasa daerah Indonesia, Red) dan adaptasi dari bahasa asing juga kuat banget. Banyak istilah asing diserap,” tegasnya.(*)

Penulis: Alysa Intan Santika

Editor: Feri Fenoria