UNAIR NEWS – Jelang hari raya Iduladha menjadi momentum dilema bagi sebagian orang yang menderita darah tinggi, kolesterol, dan juga lansia. Hal itu berhubungan dengan kekhawatiran akan konsumsi daging kurban yang masih menjadi mitos sumber darah tinggi dan kolesterol di masyarakat.
Menindaklanjuti hal itu, tim UNAIR NEWS melakukan wawancara langsung bersama pakar ilmu keperawatan UNAIR, Dr Abu Bakar SKep Ns MKep, Senin (26/06/2023). Dalam wawancara itu, Dr Abu menuturkan bahwa pemahaman masyarakat tentang tekanan darah tinggi dan kolesterol harus terlebih dahulu dibenahi.
“Pertama kita harus tahu dulu penyebab dari hipertensi itu apa. Satu, makanan tinggi garam; dua, makanan tinggi kolesterol; tiga, makanan yang mengandung kedua zat ini. Dari sini kita kaji lebih lanjut apakah daging kurban aman dikonsumsi atau tidak,” tuturnya.
Oleh sebab itu, sambungnya, yang perlu menjadi kewaspadaan bukan makanannya melainkan zat yang terkandung dalam makanan itu. Mengutip penelitian terbaru, Dr Abu menjelaskan bahwa kadar kolesterol dalam daging kambing lebih rendah daripada daging sapi. Lebih lanjut, daging ayam juga memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi dari pada daging kambing.
“Sehingga kalau tanya daging kambing aman atau tidak harusnya lebih aman karena kadar kolesterolnya paling rendah. Tapi yang harus menjadi perhatian lagi adalah cara memasaknya,” tegasnya.
Cara Mengolah Daging dan Pola Konsumsi yang Tepat
Menyinggung tentang mitos olahan kambing yang tinggi kolesterol dan menyebabkan darah tinggi, Dr Abu menuturkan cara memasak harus benar. Cara memasak bukan hanya dari tingkat kematangan melainkan bahan lain untuk memasak, seperti halnya kecap.
“Kalau mau buat sate kambing, ya lihat kecapnya juga tinggi natrium atau tidak. Kalau kecapnya tinggi natrium, yang menyebabkan tekanan darah tinggi bisa jadi kecapnya bukan dagingnya,” ucapnya.
Lebih lanjut, pola konsumsi olahan daging juga harus menjadi perhatian. Jika diolah menjadi sate, maka maksimal dalam satu hari adalah tujuh tusuk, berikutnya hari kedua tujuh tusuk dan hari ketiga berhenti. “Paling tidak jeda dua hari baru boleh makan lagi,” jelasnya.
Konsumsi suplemen vitamin boleh jika hemoglobin rendah dan hipertensi di atas kadar normal. Sebaliknya, jika hemoglobin darah normal dan hipertensi dalam rentang nilai aman maka konsumsi suplemen vitamin tambahan tidak perlu, kecuali obat hipertensi yang harus rutin meminum. (*)
Penulis: Rosita
Editor: Nuri Hermawan