Universitas Airlangga Official Website

Pakar UNAIR Paparkan Hidden Stories Presidensi G20 Indonesia 2022

I Gede Wahyu Wicaksana SIP MSi PhD (kanan bawah) dalam kegiatan Bincang Santai Intelektual Forum G20 “Indonesia sebagai Leader atau hanya Sekadar Tuan Rumah?” oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR) pada Sabtu (28/5/22). (Sumber: SS Zoom Meeting)

UNAIR NEWS – G20 atau Group of 20 adalah forum internasional yang fokus pada koordinasi di bidang ekonomi dan pembangunan. Untuk pertama kalinya, Indonesia memegang Presidensi G20 yang berlangsung mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022.

Berkaitan dengan hal ini, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Hubungan Internasional Universitas Airlangga (UNAIR) I Gede Wahyu Wicaksana SIP MSi PhD melalui kegiatan Bincang Santai Intelektual Forum G20 Indonesia sebagai Leader atau hanya Sekadar Tuan Rumah? oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR pada Sabtu (28/5/22) memaparkan sejumlah hidden stories tentang G20 yang tidak terbaca di media-media resmi ataupun literatur-literatur formal.

“Saya tidak bermaksud menebarkan pesimisme, tetapi critical thinking itu adalah jiwa dari universitas,” terangnya.

Forum Representasi Kondisi Dunia

“G20 merepresentasikan kondisi dunia saat ini tetapi bukan mewakili lembaga yang memimpin dunia,” jelas Wahyu.

Hal ini, lanjutnya, dapat dilihat dari adanya asimetri ekonomi dunia yang ditunjukkan dengan anggota-anggota G2O yang terdiri atas negara-negara super kaya dengan kekuatan militer terbesar dan kapabilitas diplomasi terbaik di dunia serta negara-negara dengan ekonomi menengah tetapi dengan angka kemiskinan terbesar di dunia. Selain itu, jika ditinjau dari aspek budaya, G20 juga menggambarkan dunia modern yang tidak hanya bisa didefinisikan dengan satu warna saja.

Indonesia sebagai Pemimpin atau Hanya Tuan Rumah?

G20 merupakan forum representasi kondisi dunia. Maka, dapat disimpulkan bahwa G20 hanya sebatas pertemuan para pemimpin, bukan kepemimpinan dunia. “Keputusan tetap ditentukan oleh yang namanya diplomasi berdasarkan kekuatan masing-masing negara,” jelas Wahyu. 

“Indonesia nggak punya doktrin kebijakan luar negeri yang jelas sekarang,” jelas Wahyu. Hal itu dibuktikan dengan tujuan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, tetapi tidak ditindaklanjuti secara konkret dengan hilangnya agenda poros maritim dunia sejak 2019.

Selain itu, Wahyu juga memaparkan bahwa saat ini yang menjadi prinsip Presiden RI Joko Widodo adalah perginya Indonesia ke pertemuan internasional hanya jika ada manfaat yang bisa didapat bagi masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, Wahyu menilai bahwa prinsip ini harus dibersamai dengan kebijakan luar negeri yang jelas seperti kebijakan non blok, bergabung dengan salah satu blok yang ada, ataupun membuat blok sendiri dengan negara-negara yang memperjuangkan hal yang sama.

Forum G20 atau G2 (Amerika Serikat dan Tiongkok)?

Wahyu menjelaskan bahwa saat ini kita menghadapi perang dingin baru antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang berkompetisi secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, Wahyu menilai bahwa apa yang dibahas di G20 hanyalah kepanjangan dari kompetisi yang sudah dilakukan selama ini. (*)

Penulis : Tristania Faisa Adam

Editor : Binti Q Masruroh