UNAIR NEWS – Wacana penetapan harga tiket masuk Taman Nasional Komodo yang mengalami keaikan perlu untuk dipertimbangkan secara bijak dan tegas oleh pemerintah. Hal tersebut diungkapkan Pakar Pariwisata UNAIR Novianto Edi Suharno SST PAR MS ketika diwawancarai UNAIR NEWS pada Jum’at (1/7/2022).
Anto mengungkapkan bahwa bila dikaitkan dengan worth it atau tidaknya tiket masuk Taman Nasional Komodo, hal tersebut bergantung individu masing-masing. Sebab, tujuan dari naiknya harga tiket tersebut sebagai upaya konservasi Taman Nasional Komodo dan beberapa pulau serta tempat wisata di sekitar Taman Nasional tersebut.
“Tapi, sampai hari ini yang saya ketahui itu adalah biaya konservasi untuk beberapa pulau. Jadi, kita berkunjung ke sana tidak hanya ke tempat tinggal Komodo. Namun, ada berapa pulau yang ada di sekitar taman nasional tersebut. Sehingga, kalau kita bicara worth it atau tidak begitu ya kembali kepada setiap individu,” ungkapnya.
Tidak Serta Merta wisata Saja
Selain itu, ketika masyarakat berkunjung ke Taman Nasional Komodo, ada sebagian masyarakat yang berkunjung untuk wisata, riset, maupun bisnis. Namun, bagi wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo yang secara umum hanya akan berada di sana selama 2 sampai 3 jam di satu sudut kepulauan tersebut. Harga tiket jutaan tersebut tidak masuk akal atau tidak worth it untuk diterapkan.
“Hal tersebut harus disikapi dengan lebih bijak. Jadi, sampai saat ini memang harus ada statement tegas dari pemerintah setempat atau dari Kementerian Pariwisata agar tidak hingar-bingar atau tidak hiruk-pikuk terkait dengan kenaikan harga tiket tersebut,” katanya.
Media Sosial Justru Tidak Dukung Pemulihan Pariwisata
Meski biaya tersebut digunakan sebagai biaya koservasi, Anto menyayangkan geliat sosial media yang justru tidak mendukung proses pemulihan pariwisata di Taman Nasional Komodo maupun pemulihan pariwisata secara nasional. Sehingga masyarakat enggan untuk datang berwisata karena isu kenaikan harga tiket tersebut.
“Sangat disayangkan gitu di saat mulai bangkit pariwisata ada semacam isu-isu yang seperti ini di sosial media,” tuturnya.
Karena itu, perlu ada informasi yang tegas seperti wacana naiknya tiket Candi Borobudur yang disampaikan oleh pemerintah. Agar, tidak menjadi salah presepsi antara masyarakat di sekitar Taman Nasional Komodo, pemerintah daerah, dan wisatawan.
“Sehingga kalau saran saya dalam rangka konservasi Komodo dan pulau di sekitarnya, pemerintah dapat menerapkan pembatasan pengunjung. Terlebih karena berkembangnya teknologi sistem reservasinya dapat dilakukan secara online. Jadi, tiap hari ada angka kunjungan yang sudah ditetapkan dan ini menurut saya lebih bijak,” pesannya.
Penulis : Ananda Wildhan Wahyu Pratama
Editor: Feri Fenoria Rifai