Universitas Airlangga Official Website

Pakar UNAIR Tekankan Penerapan Metaverse di Indonesia Butuh Persiapan

UNAIR NEWS – Dunia baru yang diusung oleh raksasa teknologi Meta menawarkan berbagai kecanggihan dengan kehadirannya sebagai dunia realitas virtual. Media ini juga diklaim akan menjadi dunia masa depan, dengan berbagai fasilitas dan teknologi yang ditawarkan.

Ramai diperbincangkan, pakar teknologi asal Universitas Airlangga (UNAIR), Yutika Amelia Effendi, S.Kom., M.Kom. berpendapat bahwa Metaverse sebenarnya memiliki potensi besar, khususnya di Indonesia. “Karena sifatnya yang merupakan dunia virtual, sebenarnya Metaverse dapat diterapkan di banyak bidang. Namun yang paling interesting dan attractive kalau dikaitkan dengan Indonesia adalah di bidang pariwisata,” sebutnya.

Ia memaparkan, Metaverse dapat menjadi salah satu cara menikmati banyak tempat wisata di Indonesia tanpa terhalang batasan, seperti halnya batasan jumlah pengunjung di masa pandemi.

Bidang pendidikan juga berpotensi dieksplorasi lebih lanjut pada platform ini. “Karena pendidikan di era sekarang sudah banyak yang memakai alat virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), yang merupakan teknologi pada Metaverse,” jelasnya.

Selanjutnya, penggunaan platform ini dapat merambah ke banyak bidang lain seperti sosial, perdagangan dan lain-lain. “Namun karena ada unsur-unsur yang tidak boleh diketahui oleh semua orang, jadi disini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk membenahi dulu keamanan siber dan data,” jelas dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin UNAIR tersebut.

Penerapan teknologi Metaverse memang membutuhkan banyak persiapan. Menurut Yutika, selain adanya keamanan dan landasan hukum siber dan data, Indonesia juga harus memiliki tingkat literasi digital dan kualitas infrastruktur yang mumpuni untuk menyambut Metaverse.

“Indonesia sendiri percepatan teknologinya terbilang aji mumpung karena pandemi, mau tidak mau harus pindah ke digital. Kalau mau menerapkan Metaverse, pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama meningkatkan literasi digital, agar semua lapisan masyarakat tidak tertinggal dengan teknologi yang ada,” ungkapnya.

Peran dan kebijakan pemerintah juga dirasa penting dalam menyiapkan fasilitas internet yang mumpuni, tidak hanya di kota namun juga pemerataan hingga daerah. Selain itu, juga dibutuhkan infrastruktur yang mendukung teknologi virtual reality dan augmented reality.

“Sejujurnya kalau mau menerapkan Metaverse, belum bisa dalam waktu dekat. Paling tidak butuh tiga hingga lima tahun bagi Indonesia untuk mengadaptasi kinerja platform infrastruktur yang dibutuhkan,” pungkasnya.

Untuk menyambut Metaverse dengan segala potensinya, Yutika menyarankan adanya kolaborasi pemerintah, masyarakat dan juga perusahaan teknologi untuk turut mendukung adanya literasi digital dan kesiapan lainnya.(*)

Penulis: Stefanny Elly 

Editor: Khefti Al Mawalia